Pada 2013 ini merupakan saat gencar-gencarnya kampanye menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014, sehingga juga diprediksi rawan potensi pemalsuan uang,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta mengimbau masyarakat setempat tetap mewaspadai potensi peredaran uang palsu menjelang pemilihan umum 2014.
"Pada 2013 ini merupakan saat gencar-gencarnya kampanye menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2014, sehingga juga diprediksi rawan potensi pemalsuan uang," kata Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Causa Imam Karana di Yogyakarta, Rabu.
Dia menyarankan kepada masyarakat DIY agar terus mempraktikkan prisnsip yang selalu disosialisasikan oleh Bank Indonesia dengan prinsip diraba, dilihat , diterawang pada setiap pecahan uang yang diterima.
"Kami selalu meningkatkan pengawasan dengan bekerjasama dengan pihak kepolisian apalagi menjelang Pemilu 2014, dan mendorong masyarakat luas untuk selalu menerapkan prinsip 3D setiap menerima uang tunai," katanya.
Meskipun telah gencar disosialisasikan, prinsip 3D tersebut masih belum optimal dipraktikkan oleh masyarakat setempat yang sebagian karena terburu-buru atau malas. Padahal metode tersebut bukan hal yang sulit bagi masyarakat awam.
Menurut dia, potensi terjadinya pertukaran uang palsu tersebut biasanya di sentra-sentra aktivitas masyarakat seperti pertokoan, pasar, dan tempat-tempat ramai lainnya.
Peredaran uang palsu, kata dia, biasanya rawan terjadi menjelang hari-hari besar yang dapat berpotensi memicu transaksi ekonomi masyarakat meningkat.
Potensi peningkatan peredaran uang palsu, menurut dia, diperkirakan dari jumlah peredaran uang palsu selama 2012 di DIY yang mencapai 1.310 lembar yang meningkat 67 persen dari 2011 yang mencapai 432 lembar.
"Rata-rata pemalsuan uang dilakukan pada uang dengan besaran Rp50 ribu dan Rp100 ribu-an, sedangkan pada 2012 paling banyak ditemukan pemalsuan pada besaran uang Rp50 ribuan,"katanya.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013