Jakarta (ANTARA News) - Tender Minyak Kelapa Sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) kian marak karena 11 peserta aktif mengajukan penawaran harga kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) selaku penjual. "Maraknya tender CPO itu, karena jumlah PTPN yang mengajukan tender meningkat, meski masih ada PTPN yang sampai saat ini belum mengajukan tendernya," kata Kepala Bagian Penjualan Minyak Sawit PT Perkebunan Nusantara, Dahlan Surbakti di Jakarta, Rabu. Pada tender CPO itu, menurut dia, harga tertinggi ditawarkan oleh Pasific Palmindo Industri kepada PTPN II yakni Rp4.375 per kilogram. Tender CPO PTPN II untuk volume 500 ton tujuan Medan itu pun dimenangkan oleh perusahaan tersebut. Begitu pula Bukit Kapur Reksa (BKR) yang mengajukan harga tertinggi Rp4.355 per kg untuk PTPN III dan V dengan volume masing-masing 500 ton dengan tujuan Dumari, namun pada PTPN XII BKR mengajukan harga penawaran sebesar Rp4.155 per kg juga dengan volume 500 ton tujuan Tanjung Pinang, katanya. Untuk tender CPO yang diajukan PTPN IV diraih oleh pembeli Multimas Nabati Asahan seharga Rp4.355 per kg dengan volume sebanyak 500 ton tujuan Belawan, tambahnya. Melihat kondisi ini, menurut Dahlan Surbakti, menunjukkan bahwa minat konsumen makin bergairah dan diperkirakan transaksi CPO akan semakin besar. "Kami melihat keseriusan pembeli untuk bisa meraih tender CPO itu dengan mengajukan harga yang cukup tinggi di atas harga patokan yang ditetapkan panitia sebesar Rp4.313 per kg," katanya. Ia mengatakan, optimis perkembangan tender CPO akan semakin ramai dan para peserta pembeli akan terus meningkat, apalagi pemerintah melalui BI terus menurunkan bunga BI Rate untuk memicu pertumbuhan ekonomi makin membaik. Penurunan BI Rate itu diharapkan akan diikuti dengan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) dan Perbankan dengan menyesuaikan suku bunganya masing-masing sehingga pasar domestik akan kembali bergariah. "Kita akan lihat apakah LPS akan menurunkan bunga pinjaminan itu sesuai dengan BI Rate atau lebih yang mendorong Perbankan segera menurunkan bunga pinjamannya," kata dia. Namun penurunan itu tidak akan berarti apabila pemerintah juga tidak meningkat belanjanya untuk menggerakkan sektor riil untuk bisa berkembang lebih cepat, tuturnya. Apalagi saat ini, katanya, pemerintah juga sedangkan menggalakkan replantation (penanaman kembali sawit) untuk meningkatkan produksinya dan diharapkan akan bisa menjadi produsen CPO utama di dunia dengan membuka lahan baru di Kalimantan. Dengan pembukaan lahan baru itu diharapkan produksi CPO Indonesia akan meningkat tajam dan melebihi produsen utama, Malaysia yang saat ini menjadi produsen dunia dengan total produksinya mencapai 15,4 juta ton, katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2006