Jakarta (ANTARA) - Dokter Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Agus Rizal AH Hamid mengatakan dalam upaya menjaga kesehatan prostat dan mencegah kanker prostat, langkah-langkah pencegahan yang “CERDIK” menjadi sangatlah penting untuk mengurangi risiko kanker prostat pada pria.

Berikut cara “CERDIK” kurangi risiko kanker prostat:
1. (C)ek Berkala: Lakukan pemeriksaan medis secara teratur untuk deteksi dini.
2. H(e)ntikan Kebiasaan Merokok: Rokok dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
3. (R)ajin Berolahraga: Olahraga teratur dapat mengurangi risiko terkena kanker.
4. (D)iet Seimbang: Konsumsi makanan sehat dengan porsi yang tepat.
5. (I)stirahat Cukup: Jaga pola tidur yang baik untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan.
6. (K)elola Stres: Hindari stres berlebihan untuk menjaga keseimbangan mental dan fisik.

Dengan menerapkan langkah-langkah “CERDIK” ini, diharapkan pria dapat mempertahankan kesehatan prostat dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Yang perlu diingat adalah pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan, dan dengan memperhatikan gaya hidup sehari-hari, risiko terkena kanker prostat dapat diminimalkan.

Baca juga: Kenali gejala kanker prostat sedini mungkin

Baca juga: Mengenal tiga masalah prostat yang berisiko dialami para pria

Terlebih apabila seseorang dinyatakan menderita kanker prostat, pengobatan yang dilakukan belum bisa menjamin orang tersebut tidak mengalami kekambuhan alias bisa sembuh total dan masih memiliki risiko.

“Kalau dari data menunjukkan, misal dia kanker prostat stadium satu, terus dioperasi. Setelahnya, kita belum bisa bilang 100 persen bersih. Penelitian menunjukkan kalo pasien stadium satu dilakukan operasi itu dalam 10 tahun ke depan 95 persen diantaranya orang itu tidak mengalami kekambuhan,” ujar Agus dalam diskusi daring, Selasa.

Agus menambahkan perlunya untuk memilih pengobatan kanker prostat yang tepat dengan memperhatikan jenis operasi yang dilakukan.

Seringkali, kanker prostat ditemukan melalui operasi prostat atau penyakit prostat jinak lainnya. Jika hanya melakukan pemeriksaan tersebut maka kelenjar prostat hanya dikerok, sehingga diperlukan pengobatan lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

“Yang paling bagus adalah menemukan kanker prostat dengan cara biopsi, memasukkan satu jarum kecil, tentu dengan pembiusan. Jarumnya ada yang lewat dubur atau selangkangan,” ujarnya.

Terkait pernyataan bahwa biopsi menyebabkan penyebaran pada kanker, sebenarnya hal tersebut tidak benar atau sebuah hoaks.

Faktanya, menurut Agus penyebaran kanker terjadi ketika seseorang memang sudah berada pada stadium lanjut sebelum menjalani biopsi.

Dengan biopsi justru dapat diketahui stadium pasti dari kanker tersebut yang memungkinkan penanganan tepat seperti operasi pengangkatan seluruh kelenjar prostat pada stadium awal.

Berbeda dengan prosedur dikerok yang tidak mengangkat semua kelenjar. Oleh karena itu, biopsi, terutama pada stadium awal, merupakan langkah ideal untuk penanganan kanker prostat.

Baca juga: Guru Besar FKUI paparkan peran AI dalam tata laksana penyakit prostat

Baca juga: Pria disarankan periksa kanker prostat pada usia 50 tahun

Pewarta: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024