Dirjen Penyelenggara Haji dan Umroh (PHU) Anggito Abimanyu pun mengaku telah merekrut chef atau juru masak dari Tanah Air dan dilibatkan untuk memasak dengan mengacu kepada racikan makan menu khas Indonesia.
Berapa banyak chef yang dilibatkan pada musim haji 1434 H/2013 M ini, belum diketahui secara pasti. Tapi, jika dilihat dari jumlah perusahaan katering yang dilibatkan untuk memenuhi kebutuhan makanan, seperti Betawi Catering dan Saudi Ration Catering, diharapkan Jemaah haji Indonesia tak kehilangan selera makan selama berada di tanah suci.
Biasanya menu makanan yang tersaji dalam kotak berupa nasi putih, ikan fillet bumbu pesmol, oseng-oseng campur, sambal sachet, pisang dan air mineral.
Lantas, apakah dengan menu makanan tersebut Jemaah lantas merasa puas?. Tentu jawabannya tidak. Sebab, seperti pernah dikemukakan Menteri Agama Suryadharma Ali, soal kebiasaan dan selera makan setiap orang memiliki kebiasaan tersendiri.
Papatah mengatakan, lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya, punya makna setiap daerah mempunyai adat-istiadat yang berbeda, atau dapat juga mengandung artikan bahwa setiap daerah memiliki "aturan" masing-masing yang tidak sama.
Untuk selera orang, di semua etnis dan bangsa demikian juga halnya. Untuk tidur saja, menurut Menag Suryadharma Ali, bisa jadi ketika berada satu kamar punya selera berbeda. Ada Jemaah senang menggunakan AC atau air condition (pengaturan udara) ketika berada di kamar. Rekan lainnya, satu kamar, senang kalau tidur lampu dimatikan dan tak menggunakan AC.
Tentu, dalam melaksanakan ibadah haji ada saja perbedaan yang jika tidak disikapi dengan bijak antarsesama - malah bisa mengganggu upaya mendapatkan haji mabrur.
Lantas, bagaimana untuk mengatasi "melorotnya" selera makan?. Ada beberapa cara, salah satunya adalah mencari menu makanan khas Indonesia seperti lalapan yang banyak dijual di pasar swalayan setempat. Bagi penggemar jengkol dan pete, bisa membeli di sini. Tetapi, tidak semua itu dapat diperoleh dengan mudah.
Karena itu, ada beberapa pemerintah daerah (pemda) seperti dari Sumatera Barat, setiap calon Jemaah haji dari daerah itu diberi lauk rendang. Dengan harapan, rendang yang tahan lama bisa dikonsumsi dengan nasi. Untuk mendapatkan beras, di sana mudah. Banyak yang jual dan tinggal dimasak dengan menggunakan "magic jar".
Bagi Jemaah kreatif, cara demikian sangat baik. Untuk saling memperkuat silaturahim dalam beribadah antarsesama selama di tanah suci. Makan bisa dilakukan secara bersama ketimbang harus antri di beberapa tempat penjualan makanan yang kebanyakan bernuansa khas Timur Tengah.
Ikan kaye
Kini, pemda lain yang ikut memberi sumbangan atau bantuan kepada calon Jemaah haji adalah dari Pemda Provinsi Aceh. Daerah ini tak mau ketinggalan, dengan membekali jemaahnya ikan kaye. Menu khas Aceh ini, sudah dua tahun diberikan kepada Jemaah dan dari hasil evaluasi sangat membantu untuk menjaga selera makan tetap baik.
Apa sih ikan kaye itu?
Ibnu Sa`dan, Kakanwil Kemenag Provinsi Aceh mengatakan, ikan kaye berasal dari ikan tongkol yang direbus bersama daun asem Jawa. Setelah matang, lantas ikan tersebut dibaluri tepung terigu dan dijemur hingga kering. Karena demikian keringnya, ikan tersebut tahan untuk selama satu tahun.
Untuk jemaah haji, selain ikan yang sudah masak tersebut diawetkan, lantas dibumbui. Ketika jemaah berangkat, bumbu dan ikan diberikan secara terpisah. Saat hendak makan, jemaah tinggal potong atau iris-iris ikan kaye, lalu dimasukkan ke air panas (bersih). Setelah itu tinggal dibumbui. Makan dengan nasi putih, rasanya enak.
"Jadi, ikan tadi tak perlu dimasak lagi. Karena sudah matang. Praktis kan," katanya.
Calon Jemaah haji dari Aceh akan bertolak ke Tanah Suci pada 29 September 2013. Sebanyak 3.147 calon Jemaah haji Aceh, termasuk di dalamnya para petugas, selain diberi kartu baitul Ashyi, yaitu kartu untuk mendapatkan uang wakaf perumahan dari hasil pengelolaan baitul ashyi di Mekkah, Saudi Arabia, juga akan mendapatkan ikan kaye, menu khas dari tanah rencong itu.
"Juga sebagai penghibur rasa rindu akan kampung halaman," kata seorang ibu yang juga menjadi petugas kesehatan haji dari daerah itu.
(E001/A011)
Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013