Saya agak miris, mungkin ini hanya perasaan saya saja. Anak-anak 15 tahun ke bawah masih senang dengan hewan, tetapi setelah SMP ke sana jarang sekali mau dan punya piaraan atau studi tentang hewanJakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan BRIN Evy Ayu Arida memandang anak-anak perkotaan dan berusia di atas 15 tahun saat ini kurang peduli terhadap fauna yang berada di lingkungan sekitar maupun hewan liar.
"Saya agak miris, mungkin ini hanya perasaan saya saja. Anak-anak 15 tahun ke bawah masih senang dengan hewan, tetapi setelah SMP ke sana jarang sekali mau dan punya piaraan atau studi tentang hewan," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin.
Evy menuturkan anak-anak yang sedari kecil hingga remaja saat ini jarang menekuni studi tentang fauna secara linear. Ketika masuk ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) minat studi mereka cenderung ke arah tumbuhan, mikroba, tema-tema sosial maupun politik.
Baca juga: KLHK ajak masyarakat peduli flora dan fauna melalui Kehati Expo 2023
Ketika musim liburan tiba, penduduk dari negara-negara barat berbondong-bodong datang ke Indonesia hanya untuk mengamati fauna eksotis, seperti tarsius ataupun burung-burung endemik lainnya.
Sementara itu wisatawan lokal justru jarang tampak pada berbagai destinasi wisata pengamatan hewan di alam terbuka.
Baca juga: Cara Raditya Dika dan Ryan Delon kenalkan anak bulu pada si buah hati
"Mereka tahu bagaimana perilaku hewan tersebut, bagaimana hewan itu berjalan, apa saja yang dimakan, dan sebagainya. Tanya saja mereka, mereka seperti kamus berjalan. Sedangkan kita harus baca buku dulu biar tahu bagaimana hewan itu hidup," ucapnya.
Lebih lanjut Evy menuturkan bahwa anak-anak desa yang dekat dengan alam pasti memahami alam mereka. Adapun anak-anak di kota minat mereka kurang untuk mengetahui tentang fauna dan justru lebih meminati gawai teknologi.
Baca juga: WWF imbau masyarakat peduli hewan dilindungi
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024