Taipeh (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Taiwan James Huang awal tahun ini menemui pemimpin pejuang Hizbullah dalam lawatan gelap bermasalah, yang memicu keprihatinan Amerika Serikat dan Israel, kata kementerian luar negeri hari Selasa. "Melalui perantaraan sejumlah teman, Menteri Huang menemui Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hassan Nasrallah bulan April untuk mempererat hubungan," kata jurubicara kementerian luar negeri Michel Lu kepada kantor berita Prancis AFP. Lawatan itu menimbulkan masalah di Taiwan, dengan pengecam mendesak kementerian itu berhati-hati dalam berhubungan dengan sesuatu yang disebut Israel kelompok teroris. Lu meneguhkan berita bahwa baik Amerika Serikat maupun Israel menyatakan prihatin atas kunjungan bersejarah Huang ke Libanon. "Kami mengatakan kepada mereka bahwa itu sejenis kunjungan kehormatan. Sesudah itu, mereka tidak mempermasalahkan persoalan tersebut," kata Lu. Dalam menanggapi kecaman, Lu menyatakan beberapa anggota kabinet Libanon berasal dari Hizbullah. "Di samping itu, lawatan tersebut terjadi sebelum sengketa antara Israel dengan Hizbullah meledak," katanya. Presiden Taiwan Chen Shui-bian merencanakan kunjungan mendadak ke Beirut, ibukota Libanon, dalam perjalanannya ke Amerika Latin bulan Mei, tapi gagal sesudah muncul keberatan kuat dari Cina. Libanon tidak mengakui Taiwan, yang dinyatakan Cina sebagai bagian dari wilayahnya menunggu penyatuan kembali, kalau perlu dengan kekerasan. Lu menyatakan menteri itu berada di Libanon untuk meningkatkan upaya diplomatik Taiwan, tapi tidak merinci. Negara pulau itu melakukan perjuangan diplomatik melawan Cina guna memperluas kehadirannya di mancanegara. Cina dan Taiwan saling melakukan kegiatan mata-mata sejak perpecahan mereka ahir perang saudara Cina tahun 1949. Cina menyatakan Taiwan sebagai wilayahnya dan berikrar menyerang pulau berpemerintahan sendiri itu jika memaklumkan secara resmi kemerdekaannya. Kendati bermusuhan secara politik, perdagangan dan kepariwisataan di antara keduanya meningkat sejak akhir 1980-an dan sekitar satu juta warga Taiwan tinggal di Cina. Pada tahun 1999, satu mayor jenderal Cina dan seorang kolonel senior dihukum mati akibat menjual rahasia negara kepada Taiwan seharga 1,6 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 16 miliar rupiah)dalam skandal terbesar mata-mata pada masa Komunis.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006