“Stem cell adalah sel punca atau sel induk yang ada di dalam tubuh dan semua bagian di tubuh kita ada stem cell,” kata dr. Yetty dalam gelaran wicara daring di Jakarta, Senin.
Stem cell berfungsi untuk mengatasi kerusakan-kerusakan di dalam tubuh dan melakukan regenerasi, sehingga sel tubuh yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh stem cell. Selain itu, stem cell juga berfungsi sebagai anti peradangan dan dapat memicu sel-sel tubuh berkembang lebih baik.
Baca juga: Peneliti Unair: Stem cell efektif perbaiki jaringan lunak yang rusak
Oleh karena itu, saat ini stem cell semakin banyak digunakan para dokter dan ahli medis untuk mengatasi berbagai macam penyakit yang diderita pasien, salah satunya untuk pengobatan penyakit pada otak.
“Cara kerjanya berbeda-beda, misalnya stem cell untuk kerusakan di otak. Kalau kita suntikkan melalui DSA, artinya langsung lewat ke pembuluh darah di otak dan lebih cepat sampainya ke otak,” kata Yetty.
Dia menambahkan, “Kita juga memberikan (pengobatan) stem cell untuk kasus parkinson, cedera tulang belakang, trauma di kepala, cerebral palsy, hingga stroke,” katanya.
Menariknya, pengobatan stem cell dinilai dapat bekerja lebih cepat dan ampuh untuk mengatasi stroke dibandingkan pengobatan stroke lainnya (seperti trombolisis atau trombektomi untuk stroke iskemik), khususnya bagi pasien yang mengidap stroke di bawah jangka enam bulan.
Semakin cepat pasien stroke melakukan pengobatan stem cell, niscaya akan semakin cepat dirinya pulih dan dapat segera beraktivitas normal kembali.
“Hasilnya jauh lebih cepat jika pasien ada di fase (stroke) akut. Perbaikannya dramatis sekali, hari ini kita suntik, besoknya pasien sudah kembali normal,” katanya.
Baca juga: Siloam Hospitals kembangkan layanan stem cell tahun 2024
Meski demikian, Yetty mengatakan pengobatan stem cell biasanya dilakukan dengan beberapa kali penyuntikan dan melakukan terapi lanjutan agar hasil pengobatan lebih maksimal. Misalnya, usai melakukan pengobatan stem cell, pasien melanjutkan proses pengobatan dengan terapi neurorestorasi, fisioterapi, dan lainnya sesuai dengan jenis penyakit dan terapi yang dibutuhkan.
Dokter dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini mengatakan stem cell untuk pengobatan bisa didapatkan dari tubuh pasien sendiri, seperti dari lemak, sumsum tulang, dan kulit.
Namun, Yetty merekomendasikan untuk menggunakan stem cell dari sumber daya lain bagi pasien lanjut usia karena jumlah stem cell di tubuhnya lebih sedikit dibanding orang yang lebih muda, sehingga memerlukan tambahan stem cell dari orang lain.
“Kalau orang-orang usia lanjut, kita lebih merekomendasikan pemberian stem cell bukan dari dirinya sendiri, tetapi diambil dari orang lain,” katanya.
Dia menambahkan, “Seleksi stem cell biasanya kita selain memastikan tidak ada infeksi, stem cell juga tidak berasal dari pasien dengan faktor risiko kanker,” demikian dijelaskan dokter Yetty.
Baca juga: UGM bersama Tristem Medika Indonesia kembangkan riset sel punca
Pewarta: Vinny Shoffa Salma
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024