Jakarta (ANTARA News) - Perbankan masih melihat perkembangan satu bulan mendatang untuk menyesuaikan suku bunga kredit meskipun Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan BI Rate 50 basis poin menjadi 11,75 persen. "Harus lihat satu bulan mendatang sebelum memutuskan bunga kredit dapat turun," kata Direktur Kredit Bank Tabungan Negara (BTN), Siswanto, di Jakarta, Selasa, ketika dimintai tanggapannya mengenai penurunan BI Rate. Menurutnya, perbankan saat ini masih mengacu kepada suku bunga deposito yang lama. Untuk menurunkan kredit, perbankan harus menghimpun dana deposito baru. Diakuinya, penurunan BI Rate merupakan sinyal positif dari BI untuk menurunkan suku bunga, tetapi perbankan juga harus melihat perkembangannya dan tidak sertamerta ikut menurunkan bunga. "Siapa yang tanggungjawab kalau kita turunkan kemudian nasabahnya pindah ke bank lain," ucapnya. Menyangkut masih banyak bank yang sulit menyalurkan kredit, Siswanto mengatakan lebih disebabkan kondisi dunia usaha yang masih lesu. Hal itu dapat dilihat dari kualitas debitur yang mengajukan kredit. Secara diplomatis Siswanto mengatakan, bagaimana tidak sulit menyalurkan kredit jika debiturnya lebih banyak yang tidak bayar ketimbang yang bayar. "Bisnis lesu, usaha lesu. Mereka membutuhkan kredit, tetapi bank tentunya bertanya-tanya bagaimana mereka akan membayar kredit," kata Siswanto. Di sektor konstruksi juga demikian. Dana APBN cukup banyak tersedia, tetapi kontraktor sulit untuk merealisasikan proyeknya bahkan ada yang tidak mendapatkan proyek sehingga bank juga tidak berani menyalurkan kredit. Begitu juga dengan kondisi inflasi Januari-Juli 2006 sangat rendah 3,33 persen yang berarti harga-harga menjadi murah. Namun ternyata di pasar sebenarnya banyak produk yang tidak terjual. "Ini justru tidak ada yang beli. Coba lihat saja industri mobil yang mengalami penurunan penjualan," ujarnya.Menyangkut kemungkinan terjadinya penarikan dana ke luar negeri, Siswanto melihat hal itu tidak mungkin terjadi lagi. Kalau dulu mungkin saja (ketika krisis - Red) tetapi sekarang ini masyarakat kita sudah rasional lebih baik memilih menempatkan dananya di dalam negeri karena dari segi biaya lebih murah.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006