Jakarta (ANTARA News) - Operator PT XL Axiata Tbk meyakini komersialisasi layanan seluler generasi ke empat (4G) yang mengusung teknologi Long Term Evolution (LTE) masih menunggu kesiapan ekosistem industri.
"Saya rasa (komersial 4G XL) tidak tahun ini, dari sisi regulasi belum siap, kami juga menunggu hasil merger dengan Axis," kata Presiden Direktur XL Axiata Tbk, Hasnul Suhaimi, di sela uji coba layanan 4G, di Jakarta, Senin.
Dalam uji coba tersebut, Hasnul didampingi Country Manager Huawei Sheng Kai, dan Direktur Service Management XL Ongki Kurniawan melakukan komunikasi berupa "video conference" melalui layanan LTE dengan Vice President XL Axiata East Region, Titus Dondi, yang saat itu berada di kawasan Nusa Dua, Bali.
Menurut Hasnul, uji coba yang digelar selama penyelenggaraan KTT APEC 1-8 September 2013 itu memberikan gambaran bahwa dari sisi infrastruktur XL sudah siap memberikan layanan 4G.
Namun tambahnya, komersialisasi layanan 4G sangat tergantung pada seberapa kesiapan seluruh pemangku kepentingan pada industri ini, mulai dari regulator, operator, penyedia jaringan, hingga kesiapan handphone, termasuk dari aspek bisnis.
Khusus XL diutarakan Hasnul, komersialisasi 4G menunggu hasil konsolidasi dengan Axis Telekom Indonesia yang saat ini masih dalam tahap penjajakan.
Diketahui, saat ini XL sedang menunggu rekomendasi teknis konsolidasi XL dengan Axis dari Kementerian Kominfo.
Rekomendasi teknis tersebut sebagai acuan untuk menindaklanjuti rencana konsolidasi tersebut memasuki tahap Conditional Sales Purchase Agreement (CSPA) antara XL dengan Axis.
Menurut rumor, rencana konsolidasi tersebut menggantung karena masih alotnya diskusi Tim Kelompok Kerja (Pokja) bentukan Kemenkominfo dan BRT dalam membuat rekomendasi teknis XL dan Axis yang diperkirakan baru rampung pada akhir September 2013.
Hasnul mengakui, bahwa dalam kondisi seperti ini tidak mudah melakukan akuisisi.
"Soal agreement CSPA ini kita nunggu dari pemerintah. Harganya juga belum deal, karena kita tanggung utang dan biayanya (Axis)," ujarnya.
Selain itu CSPA juga tergantung dari berapa frekuensi yang kita dapat.
"Kalau pemerintah sudah tentukan, baru kita bisa jalan. Harapannya dalam waktu dekat sudah deal," ujar Hasnul.
Ia beralasan, XL menunggu merger dengan Axis tak lain karena operator ini ingin memanfaatkan spektrum gabungan keduanya di 1.800 MHz.
Pada spektrum itu XL hanya memiliki lebar pita 7,5 MHz. Sementara Axis punya 15 MHz.
"Frekuensi yang terbaik untuk LTE kalau bisa di 1.800 MHz. Kami akan refarming karena 2G pelan-pelan akan turun, jaringannya bisa dibangun untuk 4G. Tinggal ganti modul dan softwarenya. Di 1.800 MHz kami cuma punya 7,5 MHz saja, makanya kami ingin ada akuisisi itu," ujar Hasnul.
Hasnul juga menilai, 1.800 MHz frekuensi yang tepat untuk menggelar LTE karena ekosistemnya sudah terbentuk di spektrum tersebut.
"Dari sisi handset, di 1.800 MHz sudah banyak diproduksi. LTE ini tidak ada artinya kalau tidak ada komunitas dan ekosistem bisnisnya," ujarnya. (R017/B008)
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013