Denpasar (ANTARA News) - Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, punya cerita soal wilayah pemerintahannya yang seringkali dinilai banyak orang sudah makmur dan tidak ada orang miskin. Padahal, ada sisi hitam di Bali (the dark side of Bali).
"Susah ya cari orang miskin di Bali? Semuanya makmur dan senyum-senyum saja. Rupanya, tidak tahu dia, Bali juga punya banyak the dark side of Bali` yang tidak terekspos," katanya kepada wartawah di Kerthasabha, rumah dinas gubernur Bali, di Denpasar, Minggu (4/1).
Alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) pada 1975 itu mencontohkan dialog dengan beberapa tamunya di Warung Bebek Bengil, kawasan Ubud, beberapa waktu lalu, Ternyata, katanya, sulit membendung anggapan orang-orang di luar Bali bahwa Pulau Dewata itu memang sarat dengan kemajuan dan identik dengan kemakmuran.
Namun, purnawirawan perwira tinggi berbintang dua di Kepolisian Negara RI (Polri) itu mengemukakan, di balik kegemerlapan pariwisata kelas internasional Bali, ternyata masih ada saja kantung-kantung kemiskinan di sana.
"Ada beberapa kecamatan yang air saja harus diangkat warga desanya hingga berkilometer dari rumahnya. Bisa dibayangkan itu, jangan dibayangkan Bali itu seperti Kuta atau Nusa Dua semua. Makanya, kerja keras untuk mengangkat derajad kemakmuran masyarakat ini menjadi komitmen kita semua," katanya.
Zaman sekarang pun masih ada orang Bali yang berjalan kaki berkilometer demi mendapatkan dua ember air bersih "Iya, betul itu. Jangan kata menghabiskan waktu untuk kegiatan yang lebih produktif, untuk makan minum saja susah. Prioritas tahun pertama pemerintahan kami menyentuh hal-hal seperti itu. Harus," katanya.
Padahal, ia menyatakan, jalan-jalan aspal licin beraspal hot mix sangat mudah ditemui di seantero Bali, bahkan sampai ke tepi sawah juga ada.
"Tetapi, saudara-saudara, untuk ke Bebek Bengil dari pusat kota pas akhir tahun itu saja perlu dua setengah jam. Gubernur juga kena macet, he he. Saya paling takut kalau orang bilang begini, malas ah ke Bali karena macet. Itulah, kemacetan ini harus dicarikan jalan pemecahannya segera agar pariwisata dan budaya kita bisa lebih dinikmati dan dikagumi," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2009