Singapura (ANTARA News) - Singapura akan mewajibkan perusahaan-perusahaan yang beroperasi di negeri ini untuk mendahulukan warga Singapura untuk posisi-posisi kerja berkeahlian sebelum mempertimbangkan pelamar dari luar negeri.
Langkah ini diambil setelah ada tekanan kuat di dalam negeri menyusul membludaknya warga asing dalam dekade terakhir.
"Kebijakan itu mungkin akan berarti lebih banyak kerumitan dan kertas kerja bagi perusahaan-perusahaan, dan bahkan itu akan memperlambat tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang," kata Michael Wan, ekonom pada Credit Suisse di Singapura.
Mulai Agustus tahun depan, perusahaan-perusahaan yang memiliki lebih dari 25 karyawan mesti mengiklankan lowongan kerja untuk posisi profesional atau manajerial yang bergaji kurang dari 12.000 dolar Singapura sebulan, selama paling sedikit 14 hari, demikian pernyataan Kementerian Tenaga Kerja negeri ini seperti dikutip Reuters.
Setelah jangka waktu itu perusahaan itu boleh membuka lowongan untuk pekerja asing.
Singapura juga akan menaikkan upah untuk pelamar yang lolos seleksi kerja paling sedikit 3.300 dolar Singapura sebulan, naik dari 3.000 dolar Singapura yang saat ini berlaku, mulai Januari 2014.
Langkah ini mengurangi persaingan pada posisi awal kerja yang biasanya mensyaratkan pendidikan tersier.
Pusat keuangan global dan basis Asia ountuk banyak bank dan perusahaan-perusahaan multinasionals itu adalah salah satu negara dengan ekonomi paling terbuka.
Pekerja asing mencapai 40 persen dari total 5,3 juta penduduk Singapura, dan kebanyakan menempati posisi-posisi senior dan manajemen menengah. Sedangkan pada posisi bergaji rendah, lebih banyak lagi karena penduduk setempat tak meminatinya.
Asosiasi Perbankan Singapura yang menghimpun lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi di negara kota itu mengatakan bank-bank perlu menyesuasikan lagi proses penggajiannya demi memenuhi ketentuan baru pemerintah itu.
"Kami perlu menghitung dampak yang akan muncul dari aturan baru ini," kata juru bicara asosiasi tersebut.
Warga Singapura kini mengeluhkan terlalu banyaknya warga asing telah membuat jalan-jalan dan kereta dijubeli penumpang sehingga tak lagi membuat mereka nyaman, selain karena harus bersaing mendapatkan pekerjaan.
Mereka mengeluhkan para manajer asing yang lebih memilih rekan sebangsanya ketimbang warga lokal Singapura.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013