Artinya, kalau Jakarta tidak mampu mengendalikan inflasi, maka tingkat inflasi nasional juga akan terbawa naik

Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan kesiapannya untuk menjadikan Jakarta sebagai kota global yang kompetitif atau mampu bersaing dengan kota-kota serupa di negara lain setelah tak lagi menyandang ibu kota negara.

"Setelah tidak lagi menjadi ibu kota negara, kita siap untuk menjadi kota global yang kompetitif," kata Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi DKI Jakarta Sri Haryati dalam seminar daring di Jakarta, Sabtu, saat menyampaikan survei biaya hidup.

Untuk mewujudkan hal itu, jelas Sri, Pemprov DKI Jakarta ditopang dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil serta angka inflasi yang terkendali.

Sri mengungkapkan ekonomi Jakarta tumbuh mencapai 4,96 persen pada 2023 meskipun ketika itu kondisi ekonomi global juga dalam kondisi tidak pasti akibat berbagai isu. Pertumbuhan ekonomi 2023 ini sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,25 persen.

Sedangkan untuk tahun 2024 perkiraan Bank Indonesia ekonomi DKI Jakarta akan kembali bertumbuh pada kisaran 4,8 - 5,6 persen.

Patut diingat, ucap Sri, ekonomi Provinsi DKI Jakarta memberi kontribusi signifikan terhadap nasional mencapai 16,77 persen. Bahkan angka tersebut lebih tinggi dibanding 2023 yang mencapai 16,64 persen.

Bahkan dalam konteks inflasi, DKI menyumbang 27 persen terhadap inflasi nasional," kata Sri.

Menurut Sri dengan kontribusi inflasi sebesar itu membuat inflasi DKI Jakarta memberikan dampak signifikan terhadap inflasi nasional.

"Artinya, kalau Jakarta tidak mampu mengendalikan inflasi, maka tingkat inflasi nasional juga akan terbawa naik," kata Sri.

Sri menegaskan bahwa dengan menyukseskan pembangunan ekonomi Jakarta, berarti juga menyukseskan pembangunan ekonomi nasional.

"Makanya kita punya slogan Sukses Jakarta Untuk Indonesia. Ini suatu fakta dan semangat bagi kami bahwa harus bisa sukses untuk memberi kontribusi positif terhadap ekonomi nasional," ujar Sri.

Sri merinci beberapa lapangan usaha yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Jakarta, yakni perdagangan sebesar 17,67 persen, industri pengolahan sebesar 11,87 persen, dan jasa keuangan sebesar 11,09 persen.

"Tetapi dalam konteks pertumbuhan, itu ada transportasi dan pergudangan sebesar 14,05 persen, jasa lainnya sebesar 11,6 persen, penyediaan akomodasi, dan sektor makanan-minuman sebesar 9,69 persen," kata Sri.

Sesuai janji Presiden Jokowi, kata Sri, Jakarta akan tetap menjadi kota global meskipun ibu kota negara akan pindah ke Kalimantan.

"Kami menggarisbawahi mulai 2019, Pak Presiden sudah menyampaikan bahwa Jakarta akan tetap menjadi prioritas pembangunan dan akan terus dikembangkan menjadi kota bisnis, kota keuangan, pusat perdagangan yang berskala regional dan global," kata Sri.

Oleh karena itu, pihaknya merencanakan berbagai macam program untuk mendorong Jakarta menjadi kota global.

"Maka di 2024 ini, perencanaan kami semua sudah dibuat, bagaimana kota global betul-betul menjadi target. Kita mendorong menjadi kota global yang kompetitif," kata Sri.
Baca juga: Pariwisata DKI kembangkan program untuk dongkrak kunjungan wisatawan
Baca juga: Konsumsi rumah tangga DKI 2023 tumbuh 5,05 persen dipicu KWH listrik
Baca juga: Ekonomi DKI Jakarta tumbuh 4,96 persen pada 2023

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024