Jinan, China (ANTARA News) - Mantan pejabat politik China Bo Xilai divonis hukuman penjara seumur hidup oleh Pengadilan Rakyat Jinan, China. Kabar ini disiarkan pengadilan Jinan lewat jejaring mikroblog resminya Sina Weibo yang setara dengan Twitter.


Dalam proses peradilan sensasional yang sidang dakwaanya saja berlangsung selama lima hari, Bo didakwa mengkorupsi uang negara sebesar 26,8 juta yuan (sekitar Rp49,66 miliar), selain dakwaan penyalahgunaan wewenang untuk menutupi pembunuhan yang dilakukan istrinya.


Bandingkan dengan perkara korupsi di Indonesia, misalnya vonis 10 tahun penjara untuk Djoko Susilo setelah hakim memvonis dia bersalah telah merugikan keuangan negara Rp121 miliar pada proyek simulator SIM bernilai total Rp196,8 miliar.


Bo, salah satu dari 25 pejabat politik utama China, terbukti terlibat dalam kasus penyuapan, penggelapan dan penyalahgunaan wewenang.


Kejatuhan karir politik Bo terjadi ketika tangan kanannya di kota Chongqing di mana Bo menjadi ketua partai, lari ke konsulat AS dengan membawa bukti bahwa istri Bo membunuh mitranya dari Inggris pada Februari 2012.


Pengadilan ini disebut-sebut sebagai pengadilan atas pejabat tinggi paling menyita perhatian dalam beberapa dekade terakhir.


Dakwaan penyuapan membuat pria berusia 64 tahun itu terancam hukuman mati, namun sejumlah pakar sebelumnya telah menganalisis bahwa dia kemungkinan hanya menerima hukuman penjara 18 tahun, sebagai bagian dari kesepakatan politik.


Peradilan ini dijaga ketat pihak keamanan dengan lusinan polisi berjaga-jaga di luar gedung pengadilan di ibukota provinsi Shandong itu. Hanya wartawan terseleksi yang bisa masuk mengikuti peradilan ini.


Kendati transkrip proses peradilan telah diposting secara online, pemerintah China mengontrol ketat informasi mengenai kasus Bo, sedangkan polisi membuat barikade sekitar pengadilan agar orang tak bisa masuk ke area pengadilan.


"Rakyat biasa tak begitu mengetahui kasus politik ini," kata seorang pengendara motor berusia 22 tahun bernama Guo kepada AFP. "Para pejabat puncak sangat jauh dari kehidupan sehari-hari."


Bo membenamkan miliaran yuan ke program kerja sosial dan perumahan ketika menjadi ketua partai di Chongqing. Di kota ini juga dia melancarkan kampanye anti kejahatan yang membuatnya dipuji di seluruh China.


Kendati populer, namun muncul laporan sejumlah pemaksaan pengakuan bersalah dan siksaan selama dia memberantas kejahatan, sedangkan sejumlah pejabat puncak melihat ambisi politiknya telah merusak kesatuan partai.


Peradilan atasnya terjadi setelah kepemimpinan baru China di bawah Presiden Xi Jinping berupaya memberantas korupsi yang disebutnya mengancam keberadaan Partai Komunis.


AFP melaporkan, penduduk Jinan sendiri yakin pengadilan atas Bo lebih mencerminkan pertengkaran politik antar elite politik, ketimbang murni hukum.


"Kesalahannya adalah perkara politik. Itu tak ada kaitannya dengan apakah dia korup atau tidak," kata Lu Mingcai, pensiunan berusia 63 tahun, yang sebelumnya sudah meyakini Bo bakal segera dipenjara.


Liu Qing, pemilik sebuah kios, menambahkan, "(Bo) korban perselisihan politik. Saya tak tahu jika dia korup. Sekarang ini pejabat pemerintah mana sih yang tidak korup?"

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013