Dante selalu jadi giliran paling akhir untuk melakukan aktivitas rutin dalam sesi renang

Jakarta (ANTARA) - Pihak sekolah Raden Andante Khalif Pramudityo atau Dante (6) menyebutkan kalau korban seringkali ketakutan jika ada sesi pelajaran berenang.

"Dante punya masalah ketakutan dan masih belum percaya diri. Hal itu terindikasi dari beberapa pengamatan pihak sekolah. Pertama, saat kala sesi renang baru diadakan di sekolah, terlihat Dante sangat ketakutan dan tidak mau lepas dari pelukan gurunya, " kata Ketua Yayasan & Parents Relation Janitra Bina Manusa School, Wani Siregar dalam keterangan tertulis yang diterima, Jumat.

Kedua, setelah beberapa kali sesi renang dilaksanakan, lambat laun Dante mulai menunjukkan kemauan untuk mengikuti sesi berenang.

"Ketiga, meski begitu Dante masih terlihat kurang percaya diri untuk berenang. Keempat, walaupun sudah ada beberapa pelatih di dalam kolam dan diberikan panduan, maupun menggunakan papan renang dan pengapung, Dante memilih untuk tetap duduk di pinggir kolam sambil melihat atau observasi keadaan kolam dan kondisi teman-temannya yang sedang bermain dan belajar renang di dalam kolam dengan pelatihnya, sebelum akhirnya memutuskan siap dan mau untuk masuk ke dalam air, " katanya.

Wani juga mengungkapkan kalau Dante selalu jadi giliran paling akhir untuk melakukan aktivitas rutin dalam sesi renang, dan memang prinsip metode belajar di sekolah itu bukan dengan paksaan, tapi lebih kepada dorongan yang menguatkan dan dukungan.

Selain itu Wani menambahkan Dante adalah anak yang ceria di sekolah dan keceriaannya semakin terpancar usai bertemu dengan bapak kandungnya yaitu Angger Dimas.

"Dia bukan tipe anak yang mempunyai inisiatif untuk spontan bercerita, namun beberapa kali Dante pernah bercerita ketika bertemu dengan ayahnya, tidak ada cerita yang spesifik, tapi dia hanya cerita bahwa habis bermain dan menginap di rumah ayahnya. Dante bilang jarang bertemu jadi suka kangen dan senang banget kalau bertemu," kata Wani mengutip percakapannya dengan Dante.

Wani menambahkan meski nampak ceria, Dante bukan anak yang banyak berbicara, kecuali jika ada topik pembicaraan temannya yang menarik perhatiannya.

"Dante tidak jahil ataupun agresif dan seringkali memilih diam jika ada konflik kecil dengan temannya contoh, jika ada yang merebut mainan pada saat sedang digunakan, Dante akan mengalah dan ambil mainan yang lain ketimbang konfrontasi atau mencari bantuan dari guru, " katanya.

Wani juga menambahkan Dante berteman dengan siapa saja dan menjadi teman bermain favorit untuk teman-teman perempuan sekelasnya, lantaran pembawaannya yang baik, perhatian, dan cenderung lebih tenang.

Sebelumnya diketahui Dante tewas tenggelam pada Sabtu (27/1) di kolam renang Taman Air Tirta Mas (Palem Indah) Pondok Kelapa Duren Sawit Jakarta Timur.

Dante tewas tenggelam setelah diduga ditenggelamkan oleh kekasih ibunya Tamara Tyasmara yang berinisial YA (33), yang telah dijadikan tersangka oleh Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

YA juga telah dikenakan pasal berlapis, yakni pasal 76C Jo Pasal 80 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan atau Pasal 340 KUHP dan atau Pasal 338 KUHP dan atau Pasal 359 KUHP, dengan ancaman maksimal pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu, paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Baca juga: Tamara akan minta jadwal ulang untuk pemeriksaan lanjutan
Baca juga: Tamara diperiksa psikologinya, polisi sebut bagian dari penyidikan
Baca juga: Hari ini Polda Metro Jaya kembali periksa Tamara Tyasmara

Pewarta: Ilham Kausar
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024