Jenewa (ANTARA) - Kepala Urusan Bantuan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Martin Griffiths memperingatkan adanya kemungkinan perpindahan warga Palestina yang terjebak di Rafah ke Mesir, jika Israel bersikeras melancarkan operasi militernya terhadap kota di Jalur Gaza selatan itu.

Dia menyebut lebih dari satu juta orang hidup sebagai pengungsi di Rafah. Mereka menyelamatkan diri dari serangan udara Israel dan berlindung di tenda-tenda pengungsian.

"Akan menjadi 'mimpi buruk' jika mereka terpaksa menyeberang ke Mesir jika terjadi serangan Israel terhadap Rafah," kata Griffiths dalam pertemuan di Jenewa, Kamis (15/2).

"Gagasan mengevakuasi warga Gaza ke tempat yang aman adalah sebuah ilusi," ujarnya, menambahkan.

Direktur Divisi Strategi Globalisasi dan Pembangunan pada Konferensi Perdagangan dan Pembangunan PBB (UNCTAD) Richard Kozul-Wright menyatakan bahwa rekonstruksi Gaza memerlukan "Rencana Marshall" yang baru.

Rencana Marshall adalah program yang disponsori Amerika Serikat pada 1947 untuk membantu pemulihan ekonomi di sejumlah negara Eropa yang terdampak Perang Dunia II.

Menurut Kozul-Wright, tingkat kehancuran di Gaza sudah empat kali lipat dibandingkan kerusakan yang dialami wilayah kantong tersebut selama tujuh minggu perang Israel di Gaza pada 2014.

Kozul-Wright memperkirakan rekonstruksi Gaza pascaperang mencapai 20 miliar dolar AS (sekitar Rp312,9 triliun) berdasarkan citra satelit terkini dan informasi lainnya.

Sumber: Anadolu

Baca juga: Erdogan: Seruan perdamaian Gaza tak berhasil karena sikap negatif AS
Baca juga: Presiden Prancis menentang keras serangan Israel ke Rafah
Baca juga: Kepala HAM PBB kecam tindakan keji Israel di Jalur Gaza

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2024