Jakarta (ANTARA) - Dalam sebuah penelitian terbaru, para peneliti mengidentifikasi beberapa bentuk olahraga yang mungkin sama efektifnya dengan terapi dalam mengobati depresi terkait dengan aktivitas fisik berkaitan dengan peningkatan kesehatan mental.

Dikutip dari Medical Daily, Jumat menyebutkan depresi atau gangguan depresi mayor (MDD) adalah kondisi kesehatan mental umum yang menyebabkan perasaan sedih yang persisten, sedemikian rupa sehingga memengaruhi aktivitas harian seseorang, perilaku, dan cara mereka berpikir. Kombinasi dari obat-obatan dan psikoterapi merupakan pengobatan yang direkomendasikan untuk orang yang mengalami depresi.

Dalam penelitian terbaru, para peneliti menemukan bahwa jalan kaki, jogging, yoga, tai chi, olahraga aerobik, dan latihan kekuatan adalah bentuk olahraga yang dapat digunakan sebagai pengobatan potensial untuk depresi.

Baca juga: Lari bisa jadi terapi tambahan untuk mengatasi depresi

Baca juga: Benarkah berolahraga bisa ringankan depresi?

"Olahraga adalah pengobatan yang efektif untuk depresi, dengan jalan kaki atau jogging, yoga, dan latihan kekuatan lebih efektif daripada olahraga lainnya, terutama ketika intensitasnya tinggi. Yoga dan latihan kekuatan ditoleransi dengan baik dibandingkan dengan perawatan lainnya. Olahraga tampaknya sama efektifnya untuk orang dengan dan tanpa penyakit penyerta dan dengan tingkat depresi awal yang berbeda," tulis para peneliti dalam studi yang diterbitkan di British Medical Journal.

Temuan tersebut didapat setelah mengevaluasi data dari lebih 14.000 partisipan dari 218 studi tentang olahraga dan depresi. Para peneliti mencatat bahwa intensitas aktivitas tersebut langsung terkait dengan tingkat peningkatan gejala depresi. Bahkan, latihan intensitas rendah seperti jalan kaki atau yoga juga memberikan manfaat yang signifikan.

"Kami menemukan bahwa aktivitas seperti jalan kaki, jogging, yoga, dan latihan kekuatan sangat bermanfaat untuk mengobati depresi. Latihan kekuatan terbukti menjadi olahraga yang sangat efektif untuk wanita muda, sedangkan pria tua mendapat manfaat terbesar dari yoga,” kata penulis utama studi, Dr. Michael Noetel.

Lebih lanjut, Noetel menyadari bahwa meskipun banyak orang merespons positif terhadap pengobatan dengan obat dan psikoterapi untuk depresi, namun ada banyak yang mengalami ketidakresponsifan terhadap pengobatan tersebut. Sehingga, olahraga harus dipertimbangkan sebagai bagian penting dari pengobatan depresi.

“Kami tahu orang sering merespons baik terhadap obat dan psikoterapi untuk depresi, tetapi banyak yang resisten terhadap pengobatan. Kami menemukan bahwa olahraga harus dipertimbangkan bersama intervensi tradisional sebagai pengobatan inti untuk depresi. Tentu saja, setiap orang yang mendapat pengobatan untuk depresi sebaiknya berbicara dengan dokter mereka sebelum mengubah apa yang mereka lakukan, tetapi kebanyakan orang bisa mulai jalan kaki tanpa banyak hambatan," jelasnya.

Para peneliti memperingatkan bahwa hasil dari studi ini mungkin dipengaruhi oleh berbagai bias eksperimental, karena pengaburan untuk intervensi olahraga lebih sulit daripada eksperimen yang melibatkan obat-obatan, sulit untuk menghindari efek ekspektasi. Namun, para peneliti tetap merekomendasikan

"Penyertaan olahraga sebagai bagian dari panduan praktik klinis untuk depresi, terutama olahraga intensitas tinggi. Berbagai jenis olahraga bekerja dengan cara yang berbeda, beberapa bersifat sosial dan mengajak kita keluar, sementara yang lain membantu kita menjadi lebih percaya diri atau mendapatkan lebih banyak ruang dari pikiran kita. Namun semua olahraga melepaskan neurotransmiter yang dapat mengubah perasaan kita. Jika olahraga itu adalah pil, itu akan laku keras," ujar Noetel.

Baca juga: Berlari dapat meringankan stres, depresi dan rasa cemas

Baca juga: Atasi "baby blues" dengan berolahraga

Penerjemah: Putri Hanifa
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024