Setiap kali ekonomi bertumbuh tinggi dan stabil selama lima tahun berturut-turut, selalu terjadi penyakit seperti ini"

Manado (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengatakan krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, karena tingginya impor.

"Setiap kali ekonomi bertumbuh tinggi dan stabil selama lima tahun berturut-turut, selalu terjadi penyakit seperti ini," kata Dahlan dalam dialog kebangsaan dengan GAMKI, di Aula BI Manado, Jumat.

Dahlan menjelaskan, saat ekonomi membaik, gaya hidup berubah tinggi, dari biasanya naik angkot menjadi berkendaraan pribadi, kemudian dari sebelumnye mengenakan pakaian lokak menjadi berubah ke impor, dari sakit minum tolak angin harus ke dokter dan obatnya juga mesti impor.

"Perubahan inilah yang menyebabkan ketergantungan pada impor dan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi kecil seperti sekarang ini," katanya.

Dahlan mengatakan, ini bukan kali pertama terjadi di Indonesia, tetapi sudah berkali-kali terjadi, dan seolah menjadi siklus yang susah diputuskan dengan cara apa pun.

Padahal menurutnya sekarang negara yang ekonominya bertumbuh di atas enam persen, tinggal China dan Indonesia, sedangkan India yang sebelumnya masuk tiga besar, sekarang turun.

"Tetapi selalu ada masalah dan itu sudah terjadi berkali-kali, mulai 2003, 2008 dan 2013 sekarang," kata Dahlan.

Ia menjelaskan, tahun lalu Indonesia memokuskan pikiran pada swasembada beras sehingga sektor lainnya terabaikan, kemudian sebelumnya fokus pada gula, lalu tahun ini yang menjadi masalah adalah kedelai.

Bukan hanya itu, harga saham jatuh, rupiah melemah sampai hal lainnya, menjadi penyakit yang susah tersembuhkan, dan itu harus diselesaikan dengan segera supaya kondisi kembali stabil, dengan mengurangi ketergantungan pada impor.

"Ini bukan berarti kita anti impor, atau nasionalis buta tetapi mengurangi ketergantungan pada barang luar negeri demi menstabilkan ekonomi," katanya.

Dahlan mengakui saat pertama kali ditawari direktur utama PLN, ia menolak namun karena menimbang berbagai hal ia mengajukan sejumlah syarat kepada Presiden antara lain, diberi kewenangan menentukan sendiri direksinya sehingga bisa menciptakan tim yang kuat untuk mengelola BUMN tersebut.

Pewarta: Joyce Bukarakombang
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013