Sekitar 100 sukarelawan WWF-Indonesia dan beberapa komunitas pecinta alam seperti Jumps Still, Parkour, Forum Badak Indonesia, Teens Go Green, Transformasi Hijau, dan kelompok mahasiswa akan melakukan long march di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, dalam kegiatan bertajuk "Bergerak untuk Badak" itu.
"Saat ini ada kebutuhan mendesak mengurangi tekanan terhadap habitat badak di Sumatera dan untuk segera menetapkan habitat kedua bagi populasi badak Jawa di lokasi yang tepat dan aman," kata Direktur Program Kehutanan, Spesies Terestrial dan Air Tawar WWF-Indonesia Anwar Purwoto di Jakarta, Jumat.
Upaya untuk menciptakan habitat yang aman bagi badak, kata dia, merupakan tugas berat bagi pemerintah karenanya kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan.
"Peran serta masyarakat juga diharapkan mampu mendorong efektifitas upaya pencegahan terhadap perburuan dan perdagangan liar terhadap badak, khususnya perdagangan liar cula badak," kata dia.
Anwar juga mengatakan WWF Indonesia terus mendukung penegakan hukum bagi tindak kejahatan perusakan lingkungan hidup, khususnya perburuan dan perdagangan satwa-satwa langka seperti badak.
Ia menjelaskan, saat ini ada lima jenis badak yang masih tersisa di dunia dan dua di antaranya berada di Indonesia yakni badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicherorinus sumatrensis).
Menurut Anwar, kedua jenis satwa langka dan dilindungi itu masuk dalam kategori spesies yang sangat terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Ia memaparkan, populasi badak jawa hanya tersisa sekitar 50 individu di alam, yaitu di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
Sementara badak sumatera tinggal sekitar 200 individu, tersebar di Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh serta di Bukit Barisan Selatan dan Waykambas di Lampung.
"Jumlah individu yang kecil dan hanya berada dalam satu populasi akan sangat rentan terhadap kepunahan," ujar Anwar.
Pewarta: Yuni Arisandy
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013