Banyak orang yang meninggalkan tempat tinggal mereka, karena khawatir terhadap kerusuhan dari orang yang gila perang
PBB, New York (ANTARA News) - Sebanyak 80.000 orang telah terusir dari rumah mereka akibat pertempuran yang meletus lagi di bagian timur Republik Demokratik Kongo (DRC) selama satu bulan belakangan, setelah terjadi bentrokan antara militer dan gerilyawan, kata PBB, Rabu (18/9).
"Kasus perkosaan, penculikan dan pelanggaran lain oleh pria bersenjata telah dilaporkan," kata Madnodje Mounoubai, Juru Bicara bagi Misi Stabilisasi PBB di DRC (MONUSCO), dalam satu taklimat. Ia memperingatkan penduduk hidup dalam kondisi genting.
"Seluruh desa telah kosong dari warganya," katanya. "Banyak orang yang meninggalkan tempat tinggal mereka, karena khawatir terhadap kerusuhan dari orang yang gila perang, diduga masih berada di hutan di daerah yang sulit dijangkau."
Organisasi kemanusiaan sangat prihatin dengan situasi di Wilayah Ituri, Provinsi Orientale, tempat militer nasional dan Front Partiotique de l`Ituri (FRPI) --Front Patriotik Ituri-- telah berulangkali bentrok sejak 22 Agustus.
Kerusuhan baru tersebut berkecamuk di sebelah utara Wilayah Goma, tempat satuan MONUSCO telah membantu militer nasional DRC memerangi kelompok lain gerilyawan, M23, di Provinsi Kivu Utara.
M23 adalah satu kelompok bekas gerilyawan Kongres Nasional bagi Pertahanan Rakyat (CNDP), yang diusir pada awal 2009.
Sebagian petempur CNDP saat ini bergabung dengan militer, sebelum mereka melancarkan aksi perlawanan baru pada April 2012, dengan alasan kegagalan pemerintah untuk melaksanakan kesepakatan perdamaian yang ditandatangani pada 23 Maret 2009 antara kedua pihak.
Situasi yang bertambah buruk di sekitar Goma, yang berada di dekat perbatasan dengan Rwanda, menimbulkan ketegangan antara kedua negara bertetangga, demikian laporan Xinhua. DRC dan Rwanda telah saling tuduh mengenai keterlibatan dalam berbagai serangan sejak 1990-an.
Bentrokan baru itu, jika tidak dipadamkan, kembali bisa menimbulkan ancaman serius bagi kestabilan Wilayah Danau Raya Afrika, tempat perang dunia kecil menyeret beberapa negara antara penghujung 1990-an dan awal 2000-an.
Mounoubai mengatakan 120.000 orang telah menjadi korban kerusuhan di Wilayah Irumu, Ituri, karena rumah mereka hancur dan harta mereka dijarah.
Pertempuran sporadis antara militer DRC dan FPRI telah terjadi selama satu pekan belakangan; kedua pihak menggunakan senapan mesin berat, mortir dan roket berpeluncur.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013