Isu utamanya bukan soal apakah Iran telah mengganti utusan nuklirnya atau memodifikasi bahasa diplomatiknya, tetapi apakah mereka secara serius mau bersikap terkait isu luar biasa yang masih belum terselesaikan dalam waktu lama ini."

Vienna (ANTARA News) - Israel pada Rabu menuduh Iran menggunakan taktik "mengelak dan merahasiakan aktivitas nuklirnya" guna mengulur waktu, sebuah sinyal skeptis terhadap pemerintah baru Iran.

Terpilihnya kandidat yang relatif moderat, Hassan Rouhani, dalam pemilihan presiden Iran beberapa waktu lalu sempat memberikan angin segar bagi proses negosiasi yang berlarut-larut terkait sengketa program nuklir Iran, lapor Reuters.

Tetapi Kepala Komisi Energi Atom Israel, Shaul Chorev, mengatakan bahwa citra yang dibangun oleh perwakilan Iran terkait keterbukaan dan transparansi terkait program nuklir mereka masih bertolak belakang dengan aksi nyata dan tindakan Iran di lapangan.

"Isu utamanya bukan soal apakah Iran telah mengganti utusan nuklirnya atau memodifikasi bahasa diplomatiknya, tetapi apakah mereka secara serius mau bersikap terkait isu luar biasa yang masih belum terselesaikan dalam waktu lama ini," kata Chorev dalam pertemuan tahunan Badan Nuklir PBB.

Chorev menuduh Iran selama ini mempermainkan tawaran serius dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dan komunitas internasional untuk lebih terlibat dalam program nuklirnya.

Bagi Israel, Iran dianggap hanya mengulur waktu dengan bermanis muka di hadapan komunitas internasional, seraya mengupayakan pengembangan lebih lanjut di segala aspek terkait program nuklirnya yang bersifat militer.

Sebelumnya pada Senin, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Teheran mengatakan bahwa masalah nuklir Iran bisa diselesaikan jika pihak lain serius.

Dalam pertemuan dengan mantan wakil presiden Irak, Adil Abdul-Mahdi, Zarif mengatakan rakyat Iran dalam pemilihan presiden baru-baru ini menunjukkan sejauh mana mereka percaya pada kekuasaan dan otoritas mereka, serta bahwa mereka tidak akan menyerahkan hak mereka.

Dia menambahkan bahwa program nuklir Iran murni bertujuan untuk ilmu pengetahuan. "Atas dasar hal itu, selain menekankan hak hukum kami untuk kepemilikan nuklir, kami pun mengumumkan kesiapan kami untuk penyelesaian masalah ini," tegasnya.

Pada masa pemerintahan Ahmadinejad, Iran berkali-kali menolak upaya Badan Nuklir PBB untuk melakukan inspeksi terhadap sejumlah instalasi nuklirnya, sebuah langkah yang juga didukung oleh pemimpin spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Negara-negara Barat dan Israel menuduh Iran mengembangkan teknologi nuklirnya untuk menciptakan senjata nuklir.

Iran sendiri justru menyebut Israel sebagai "ancaman yang nyata" bagai stabilitas keamanan dan perdamaian di kawasan Timur Tengah karena satu-satunya negara yang memiliki senjata nuklir.


Penerjemah: Panji Pratama

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013