Sidoarjo (ANTARA News) - Jalan tol Surabaya-Gempol ruas dua arah Porong-Gempol, mulai Senin (7/8) tengah malam pukul 24.00 WIB kembali ditutup total. Hal ini disebabkan tanggul di sepanjang pinggiran jalan tol Km 37-40 itu dikhawatirkan tidak mampu menahan luapan lumpur panas Lapindo Brantas Inc yang semakin tak terkendali, kata Wakil Bupati Sidoarjo, H Saiful Ilah SH, usai memimpin rapat koordinasi di Pendopo Kabupaten Sidoarjo, Senin petang. Didampingi Kepala Jasa Marga Cabang Surabaya-Gempol, Ir Bachriansyah, lebih lanjut Saiful mengemukakan, penutupan jalan tol itu sesuai penelitian tim dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. "Penutupannya diharapkan secepatnya," ujarnya. Selain itu, untuk mengantisipasi kemungkinan jebolnya tanggul di "Pond" (penampungan lumpur) 1 yang mengarah ke pemukiman Desa Siring, warga desa juga diminta untuk segera meninggalkan rumahnya. Untuk itu, mereka (warga Siring) Senin malam juga diberikan penjelasan dan uang kontrak sebesar Rp5 juta/KK/untuk dua tahun dan uang boyongan Rp500 ribu/KK, sesuai kesepakatan. Berapa jumlah warga yang masih bertahann di Desa Siring, masih dalam pendataan. "Malam ini ada pertemuan dengan warga desa berkaitan dengan informasi evakuasi warga," ujar Wabup. Aipda Puguh, petugas Posko Patroli Jalan Raya (PJR), saat dihubungi juga mengatakan, instruksi penutupan jalan tol diterima dari Jasa Marga Pusat. Jasa Marga baru saja memperbaiki lubang di jalan tol arah Surabaya ke Gempol di kilometer (km) 38,200 yang semakin membesar. Dari pantauan di lapangan, ada empat orang pekerja sedang melakukan pengurukan jalan. Selama pengerjaan berlangsung, kendaraan dilewatkan di satu lajur saja. Baru setelah melewati km 38 menuju Gempol, arus lalulintas kembali normal. Kemacetan juga terjadi di km 39, arah sebaliknya, yakni Gempol ke Surabaya. Kemacetan sepanjang lebih dari 100 meter ini, disebabkan di bahu jalan antrean puluhan dump truk atau truk jungkit pengangkut sirtu (pasir batu) sedang menunggu giliran untuk menumpahkan muatannya di tanggul pembendung luapan lumpur yang terus ditinggikan. Sementara itu, Satlak Kab. Sidoarjo di Pasar Baru Porong (PBP), hingga Senin belum menerima data warga pengungsi di PBP yang telah menerima bantuan kontrak rumah. Hal itu menyulitkan Satlak dalam mengevakuasi warga pengungsi untuk segera dapat dipindahkan. Koordinator Satlak Kab. Sidoarjo, Surya Nirwansyah SH, mengemukakan, dengan dicairkannya uang kontrak rumah kepada para pengungsi, sebenarnya evakuasi secepatnya dapat dilaksanakan. Namun sampai sekarang warga yang tinggal di pengungsian PBP yang mendapat uang kontrak rumah belum ada yang lapor, sehingga menyulitkan evakuasi. Warga pengungsi PBP berasal dari Desa Jatirejo, Desa Renokenongo, dan Kelurahan Siring. Totalnya 1.803 KK atau sekitar 6.919 jiwa.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006