Jakarta (ANTARA News) - Perlakuan tidak manusiawi dari masyarakat dan pemerintah terhadap Lia Eden dan Ahmadiyah merupakan efek ketidakadilan dari pemberitaan di media di tanah air, kata seorang aktivis lintas agama. "Media terlalu banyak mengungkap soal pandangan teologi dari kedua kelompok itu, dan itu pun dengan ulasan yang dangkal dan tidak berdasar, bahkan sering kali salah," ujar Siti Musdah Mulia, yang juga dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, pada diskusi `Media dan Keberagaman` yang digelar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) di Jakarta, Senin. Ia menyebutkan Metro TV merupakan media pertama yang memberitakan eksistensi dari kelompok Lia Eden. Namun cara yang digunakan oleh TV swasta itu tidaklah memaparkan profil dari kelompok itu, dan pemberitaannya terkesan mendeskriditkan kelompok Lia Eden. Ia menjelaskan, ada beberapa kata Metro TV yang mendeskriditkan kelompok itu, yakni dengan mengatakan, "Kelompok Lia Eden yang akhir-akhir ini menyatakan diri keluar dari Islam dan menganjurkan penganutnya untuk tidak salat dan memakan daging babi". Selain itu, untuk pemberitaan Ahmadiyah, katanya, hampir semua pemberitaan media tentang kelompok tersebut lebih kuat mengungkap aspek teologis yang pada dasarnya dapat memicu konflik horizontal antarumat beragama. Menurut dia, pemberitaan di media seharusnya dapat menggiring opini publik ke arah pencerahan sehingga dapat memainkan peranannya sebagai penengah masalah. "Saya berharap agar media tidak ikut-ikutan menilai dan memprovokasi publik untuk membenci dan membenarkan perilaku kekerasan di negeri ini," katanya. Ia menambahkan media seharusnya tidak memberikan masyarakat pemberitaan yang bias, namun sebaliknya lebih banyak mengekspos sisi lain dari kelompok-kelompok semacam itu, yakni dengan tujuan dapat meredam konflik horizontal yang tumbuh di masyarakat.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006