Pasar tidak bisa hanya dihimbau supaya jangan panik, mereka harus melihat bahwa ada sesuatu yang membuat tidak panik. Jadi tetap adalah implementasi dari `policy` yang kita lakukan,"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan konsistensi implementasi paket kebijakan ekonomi yang telah dirumuskan pemerintah dapat mencegah kepanikan para pelaku pasar, jelang pertemuan Bank Sentral AS (The Fed) untuk membahas kelanjutan program stimulus moneter.
"Pasar tidak bisa hanya dihimbau supaya jangan panik, mereka harus melihat bahwa ada sesuatu yang membuat tidak panik. Jadi tetap adalah implementasi dari `policy` yang kita lakukan," ujarnya di Jakarta, Selasa.
Chatib menjelaskan bahwa memberikan kepastian kepada para pelaku pasar keuangan sangat penting, dan untuk itu pemerintah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk membenahi defisit transaksi berjalan serta stabilisasi nilai tukar rupiah.
Ia mengatakan kondisi saat ini sudah relatif stabil yang ditandai dengan penurunan imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun, yang saat ini berada dalam kisaran delapan persen, dan pasar sudah melakukan adaptasi dengan situasi terkini.
"`Market` sudah mulai `price in`, artinya kelihatannya dari sini, mudah-mudahan, ekspektasi pasarnya tidak terlalu `wild`. Ini yang terus kita lakukan dengan meng-`guide policy`," katanya.
Chatib mengatakan meskipun penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mulai terjadi dan IHSG menjadi stabil, namun pemerintah tetap meningkatkan kewaspadaan terutama bila kondisi pasar kembali bergejolak.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Robert Pakpahan menambahkan likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dipengaruhi oleh investor asing, namun apabila The Fed mengurangi program stimulus moneternya, pasar obligasi Indonesia dipastikan masih kuat.
"Kalau `tapering off` itu benar-benar dilakukan, likuiditas akan mengalir keluar sedikit, tapi mengingat likuiditas Indonesia cukup besar, walaupun ada `tapering off`, pasar obligasi masih cukup kuat," katanya.
Robert memastikan pemerintah telah menyiapkan protokol manajemen krisis apabila ada kemungkinan pembalikan arus modal serta melakukan simulasi dalam skema "Bond Stabilization Framework" sebagai antisipasi terhadap krisis.
"Kita berasumsi kalau ada krisis kita melakukan `step by step` langkah yang perlu dilakukan. Semua pihak telah menyadari siapa yang harus dihubungi, bagaimana sinyalnya dan langkahnya," katanya.
Robert mengatakan pemerintah telah menyiapkan diri atas rencana pengurangan stimulus Quantitative Easing, karena wacana tersebut telah diumumkan dari beberapa bulan lalu, dan dengan adanya paket kebijakan, kondisi pasar saat ini sudah relatif tenang.
"Kita mengikuti perkembangan stimulus AS, tapi apa yang terjadi beberapa hari ini, `market` lebih tenang. Rencana `tapering off` juga tidak mendadak, sehingga dampaknya diperkirakan tidak mendadak," katanya.(S034/B012)
Pewarta: Satyagraha
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013