Jakarta, 17/9 (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP), terus mengembangkan teknologi tepat guna demi kepentingan masyarakat pesisir. Beberapa hasil riset dan penelitian badan litbang di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), telah diaplikasikan di beberapa daerah pesisir di Indonesia. Demikian disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, Ahmad Poernomo, di Jakarta, Selasa (17/09).
Menurut Ahmad Poernomo, sejumlah teknologi kelautan dan perikanan telah diaplikasikan untuk mendukung kegiatan nelayan, pembudidaya perikanan, dan masyarakat pesisir lainnya. Di antaranya, teknologi Zero Water Discharge (ZWD) yang merupakan teknologi pengolahan air yang dimanfaatkan untuk budidaya. Kemudian ada teknologi Ice maker yang merupakan teknologi penyedia es Kristal untuk masyarakat pesisir. Selanjutnya, Balitbang KP juga telah mengembangkan teknologi pemurnian garam sederhana produksi Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir-Balitbang KP bekerja sama dengan Universitas Hang Tuah Surabaya. Teknologi pemurnian garam ini telah berhasil mendongkrak nilai tambah garam, terutama kualitas garam jauh lebih baik dibanding kualitas produksi garam selama ini.
Alat pemurnian garam tersebut telah diterapkan sejak 2009 sebagai Iptek untuk masyarakat atau lebih dikenal sebagai Iptekmas garam. Balitbang terus mengembangkannya di 18 lokasi kelompok penerima tersebar di Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep. Pada 2012, paket teknologi pemurnian garam telah mengalami penyempurnaan. Alat ini mampu meningkatkan tingkat kemurnian rata-rata kandungan NaCl 88% garam krosok menjadi garam halus dengan kandungan NaCl lebih dari 94% atau mendekati kemurnian garam industri. “Alat ini secara langsung akan mendukung upaya pemerintah melalui Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) yang diinisiasi KKP sejak 2010 untuk mencapai swasembada garam rakyat,” katanya.
Teknologi Tepat Guna
Teknologi yang dikembangkan KKP tetap disesuaikan dengan kebutuhan nelayan dan masyarakat pesisir pada umumnya. Iced Maker misalnya, saat ini teknologi ice maker sudah dimanfaatkan oleh nelayan dan masyarakat pesisir di beberapa daerah. Spesifikasi teknologi ice maker yang diaplikasikan, dapat memproduksi es kristal per 30 menit dengan hasil produksi sekitar 10 kg. Produksi es kristal membutuhkan alat seperti pompa, filter I (pasir dan mangan), filter II (karbon aktif), tower (penampung) air, dan mesin ice maker. Komponen di atas merupakan alat pendukung untuk mensuplai air bersih ke alat ice maker yang merupakan proses akhir dari teknologi tersebut sehingga menghasilkan es kristal. “Teknologi ice maker sangat membantu nelayan bahkan pedagang es yang selama ini harus menempuh jarak cukup jauh untuk mendapatkan es,” ujarnya.
Kedua, teknologi Zero Water Discharge (ZWD) yang mempunyai banyak keunggulan. Di antaranya, dapat meminimalisasi penggunaan air tawar, optimalisasi lahan sempit, menjaga kondisi sistem yang stabil, produktivitas yang tinggi serta merupakan mitigasi kerusakan lingkungan hidup. Teknologi ini sangat cocok untuk daerah yang mempunyai ketersediaan air tawar yang terbatas. Konsep ZWD dapat meningkatkan produktivitas panen setiap periode. Dalam penerapannya, teknologi ini sudah diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya untuk budidaya udang galah di Pamarican, Ciamis. Menurut pembudidaya, teknologi ZWD mendukung produktivitas panen. Di mana, per periode panen yaitu 25 % pada panen pertama dan panen selanjutnya meningkat menjadi 37% dan 50%.
Ketiga, test kits Antilin. Yakni berupa alat penguji cepat (test kits) untuk menguji residu formalin pada bahan (ikan) secara kualitatif menggunakan larutan campuran pararosanilin dengan sulfit jenuh pada suasana asam. Test kits ini dibuat praktis dan mudah digunakan untuk menguji residu formalin pada bahan padat maupun cair dengan batas deteksi minimal 2 ppm hanya dengan mengamati perubahan warna pada larutan pengujinya. Test kit ini dihasilkan Balitbang KP sudah cukup lama. Antilin mampu mendeteksi adanya penggunaan bahan berbahaya formalin pada makanan sehingga memungkinkan bagi peningkatan kinerja pengawasan tetapi juga dapat meningkatkan kepercayaan konsumen. “Selain itu sudah cukup banyak hasil litbang KP yang dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat,” ungkapnya.
Untuk keterangan lebih lanjut, silakan menghubungi Anang Noegroho, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Statistik dan Informasi, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2013