Jakarta (ANTARA) - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Bintang Puspayoga mengatakan bahwa perempuan hebat dapat terbentuk dari lingkungan yang suportif, aman, dan setara sehingga sangat penting untuk melindungi perempuan dari segala bentuk kekerasan dan diskriminasi.
"Untuk melahirkan perempuan hebat, perempuan itu harus bebas dari kekerasan, bebas dari diskriminasi, bebas dari stigma," kata Menteri Bintang Puspayoga dalam keterangan, di Jakarta, Senin, terkait kunjungan di Universitas Warmadewa, Denpasar, Bali.
Baca juga: Menteri PPPA dorong pemberdayaan ekonomi perempuan majukan Indonesia
Untuk itu, Bintang Puspayoga mendorong semua pihak untuk bekerja sama membangun lingkungan aman dan setara bagi perempuan.
"Perempuan seringkali tidak punya mimpi untuk dirinya sendiri, makanya ini menjadi pekerjaan rumah untuk kita semua agar membangkitkan kekuatan dan mimpi perempuan demi dirinya untuk menjadi perempuan hebat dan menghasilkan generasi hebat," katanya.
Bintang Puspayoga menuturkan bahwa tantangan perempuan untuk mencapai kesetaraan dalam pembangunan begitu beragam.
Baca juga: 2024, KemenPPPA prioritaskan berdayakan perempuan penyintas kekerasan
Nilai indeks pengukur, seperti Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), dan Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) masih menunjukkan ketimpangan antara perempuan dan laki-laki, demikian juga ketimpangan dalam Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang sangat tinggi.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), TPAK perempuan pada 2023 baru menunjukkan 54,42 persen, sedangkan TPAK laki-laki jauh melampaui dan mencapai 83, 98 persen.
Baca juga: Menteri PPPA : Penting ruang publik aman bagi perempuan
"TPAK perempuan hingga kini masih rendah bila dibandingkan laki-laki. Padahal menurut data, 60 persen dari total pelaku UMKM di Indonesia adalah perempuan. Selain itu, dari banyak daerah di Indonesia yang saya kunjungi serta berdialog dengan para perempuan menunjukkan ada banyak perempuan atau ibu rumah tangga yang ternyata juga berwirausaha atau memiliki pekerjaan sampingan. Ini perlu digali lebih jauh, makanya penting untuk sivitas akademika ikut berperan meneliti hal ini," katanya.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024