Charlene Li pada Altimeter Group melihat mentalitas "seruan terakhir" di balik penawaran saham perdana (IPO) Twitter.
"Twitter adalah yang terakhir dari Empat Besar yang go public (mencatatkan saham di bursa)," kata dia dalam blognya.
"Dalam ekosistem jejaring sosial, Twitter dipandang sebagai keharusan dalam makna strategis sosial, dan satu-satunya pemain besar yang tersisa yang masih dalam perburuan, YouTube (dimiliki Google), LinkedIn (IPO), dan Facebook (IPO) sudah dimiliki. Pemain-pemain lainnya seperti Pinterest barulah memulai bisnis sehingga Twitter akan menjadi primadona memasuk 2014."
Trip Chowdhry pada Global Equities Research menyebutkan Twitter mungkin menjadi media sosial terakhir yang IPO.
"IPO Twitter melambangkan industri ini memasuki babak akhirnyja, dan investasi masa depan akan berada pada industri yang tidak kita ketahui," kata dia kepada AFP.
Namun sejumlah analis berpikiran sebaliknya. "Kita masih jauh dari akhir dari sebuah inovasi," kata Daniel Odio, eksekutif Share This yang terlibat dalam sejumlah perusahaan IT pemula.
"Saya yakin ki8ta berada di Abad Gelap sosial, ada banyak peluang. Keseluruhan dari bagian keberadaan kita didasarkan pada sharing (berbagi), namun secara digital kita sungguh belum memecahkan sandi. Facebook telah melakukan bagian dari in, dan Twitter telah menciptakan kemampuan mencari orang hyang bukan teman Anda namu yang berbagi kepentingan sama...untuk itulah Twitter baik untuk menyentil pemerintahan-pemerintahan."
Twitter mengkalim memiliki lebih dari 200 juta pengguna aktif, namun para analis malah menyebut angka lebih besar lagi, 500 juta pengguna dan ini masih terus berkembang, mengingat mikroblog ini menjadi platform kunci untuk selebritis, politisi, wartawan dan lainnya.
eMarketer pernah mengatakan Twitter meraup pendapatan iklan sebesar 582,8 juta dolar AS tahun ini, dan akan mendekat 1 miliar dolar AS pada 2014.
Twitter yang diluncurkan pada 2006 telah membuka pintu bagi para pengiklan pada 2010 dengan memungkinkan pemasar menyempilkan tweet berbau iklan ke dalam feed pengguna.
Menurut Olivier Toubia yang adalah profesor bisnis pada Universitas Columbia, masih ada banyak ruang untuk inovasi dalam media sosial.
"Facebook dan Twitter telah memperlihatkan kemungkinan mengkoneksikan orang di seluruh dunia," kata dia seraya menambahkan bahwa konsumen tak bisa menjawab jutaan orang pada waktu bersamaan.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013