Islamabad (ANTARA News) - Militer Pakistan tidak akan membiarkan Taliban menetapkan kondisi bagi perundingan perdamaian yang diupayakan pemerintah untuk mengakhiri kekerasan, kata pemimpin angkatan darat, Senin.
Pernyataan Jendral Ashfaq Kayani itu disampaikan sehari setelah dua perwira militer senior tewas dalam serangan bom Taliban di provinsi wilayah baratlaut, Khyber Pakhtunkhwa, dimana pasukan memerangi gerilyawan yang terkait dengan Al Qaida dan Taliban.
Tehreek-e-Taliban Pakistan hari Minggu mengumumkan prasyarat bagi pembicaraan perdamaian dengan mengatakan, pasukan harus ditarik dari daerah-daerah suku dan tahanan dibebaskan.
"Memberikan peluang perdamaian melalui proses politik merupakan hal yang bisa dipahami, namun semua orang harus yakin bahwa kami tidak akan membiarkan teroris memaksa kami menerima persyaratan mereka," kata Kayani.
Para politikus Pakistan pekan lalu memberikan dukungan mereka bagi upaya Perdana Menteri Nawaz Sharif untuk memulai perundingan dengan Taliban.
Namun, Kayani memperingatkan, militer tidak akan membiarkan militan mengambil keuntungan dari tawaran perundingan itu.
Minggu, ledakan-ledakan bom pinggir jalan dan serangan Taliban di wilayah bergolak Pakistan baratlaut menewaskan tujuh prajurit atau polisi, termasuk dua perwira senior angkatan darat, Mayjen Sanaullah dan Letkol Touseef.
Pakistan dilanda serangan-serangan bom bunuh diri dan penembakan yang menewaskan lebih dari 5.200 orang sejak pasukan pemerintah menyerbu sebuah masjid yang menjadi tempat persembunyian militan di Islamabad pada Juli 2007.
Kekerasan sektarian meningkat sejak gerilyawan Sunni memperdalam hubungan dengan militan Al Qaida dan Taliban setelah Pakistan bergabung dalam operasi pimpinan AS untuk menumpas militansi setelah serangan-serangan 11 September 2001 di AS.
Pakistan juga mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.
(M014)
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013