Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo meyakini Bank Sentral AS (The Fed) akan melakukan kebijakan untuk menarik stimulus moneter secara berhati-hati dan tidak akan menimbulkan gejolak yang menimbulkan kepanikan di pasar keuangan.
"Tidak mungkin AS melakukan ini dengan tidak hati-hati. Mereka memastikan akan berkomunikasi dengan baik, tidak akan membuat pasar jadi panik dan semua akan dilakukan secara halus agar tidak membuat pasar kaget," ujarnya di Jakarta, Senin.
Agus mengatakan dalam menghadapi situasi eksternal seperti itu, hal yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kepercayaan para investor dengan menjaga fundamental perekonomian nasional dari ancaman gejolak internal.
"Kita punya rencana konkrit untuk mengendalikan inflasi, memperbaiki neraca pembayaran, `current account` dan mengendalikan impor yang terlalu besar. Dalam jangka menengah, ini bisa membuat pasar percaya dengan Indonesia dan memilih berinvestasi disini dibanding negara lain," katanya.
Agus menjelaskan menjaga kepercayaan para investor luar negeri sangat penting, karena modal yang mereka miliki dapat mendukung kinerja neraca pembayaran serta dapat membantu mengurangi tekanan terhadap defisit transaksi berjalan.
"Tidak bisa dielakkan kalau Indonesia punya defisit `current account`, untuk membiayai perekonomian Indonesia, kita membutuhkan dana investor internasional untuk masuk dan mendukung neraca pembayaran. Jika kita bisa perbaiki, maka kita punya struktur ekonomi yang lebih baik," ungkapnya.
Agus menambahkan perbaikan kondisi ekonomi untuk meyakinkan para investor juga dapat dilakukan dalam jangka menengah panjang, yaitu melalui reformasi struktural terutama atas hal-hal yang berkaitan dengan iklim investasi.
"Reformasi struktural yang diperhatikan tentang aspek-aspek hubungan industrial perburuhan, infrastruktur termasuk listrik dan pelabuhan, jalan, perizinan, dan `high cost` ekonomi karena korupsi. Kalau ini dilakukan kita bisa membangun kepercayaan," ujarnya.
Selain itu, Agus juga memastikan Bank Indonesia akan terus memantau kondisi sektor perbankan nasional meskipun dari segi tata kelola dan manajemen resiko, keadaannya jauh lebih baik dibandingkan krisis yang terjadi pada 1997-1998.
"Kondisi perbankan di 2013 ini jauh lebih sehat, kita optimis bank skala besar menengah kecil dalam keadaan baik dan kita akan pantau terus, karena kita tidak ingin kelemahan terjadi di sistem perbankan," katanya.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013