Dari hasil survei yang sama juga menunjukkan bahwa isu lingkungan menjadi faktor kunci pemilih muda di pemilu tahun ini

Yogyakarta (ANTARA) - PilahPilih.id sebuah inisiator survei daring dan forum diskusi lintas sektor beberapa kota yaitu Malang, Semarang, Yogyakarta dan Purworejo bekerjasama dengan KDM Cinema menggelar pemutaran film pendek dan diskusi untuk menyuarakan isu lingkungan menjelang Pemilu 2024.

"Isu lingkungan terus disuarakan anak muda di momen jelang pemilu karena sejalan dengan hasil survei yang dilakukan pilahpilih.id mengungkap, bahwa sembilan dari 10 pemilih muda khawatir dengan isu lingkungan," kata co-inisiator pilahpilih.id Michelle Winowatan dalam keterangannya di Yogyakarta, Minggu.

Dia mengatakan, dari hasil survei yang sama juga menunjukkan bahwa isu lingkungan menjadi faktor kunci pemilih muda di pemilu tahun ini.

Baca juga: LHK NTB: Banjir Kabupaten Sumbawa akibat curah hujan tinggi

"Anak muda nantinya 20 sampai 30 tahun ke depan akan berhadapan dengan berbagai bencana dan akibat lainnya kalau krisis iklim ini tidak ditangani, itu mengapa isu iklim dan lingkungan harus menjadi isu prioritas pemilih muda diantara agenda-agenda politik yang berkompetisi satu dengan yang lain," katanya.

Pihaknya juga bekerjasama dengan sineas muda untuk membuat iklan layanan masyarakat yang bertujuan mendorong pemilih muda menggunakan hak pilihnya dengan bijak, termasuk memilih pemimpin yang memprioritaskan isu iklim dalam visi misi dan rencana kerja mereka.

Sementara itu, Direktur Eksekutif KDM Cinema dan inisiator Youth Screen Suluh Pamuji mengatakan program ini untuk mendekatkan film pendek dengan pemilih muda setingkat SMA sederajat, agar bisa mendapatkan akses tontonan yang bermuatan pendidikan, hiburan, dan memantik daya kritis mereka.

"Ini secara kebetulan di awal-awal karena konteksnya tahun 2024 adalah pemilu, maka program ini bisa dipertajam agar lebih kontekstual. Di volume lima ini isu lingkungan menjadi penting karena di setiap daerah itu punya masalahnya sendiri-sendiri," katanya.

Terdapat dua film pendek yang diputar pada sesi ini, pertama adalah Laut Masih Memakan Daratan. Film ini bercerita tentang perjalanan seorang anak muda ke kampung halamannya di Demak, Jawa Tengah yang sudah tenggelam ditelan banjir rob.

Sementara film kedua yaitu Bersama Membangun Negeri, film bercerita tentang aksi kampanye seorang calon legislatif dengan memanfaatkan seorang janda di sebuah daerah terpinggirkan di tengah ibu kota.

Baca juga: Kementerian LHK ajak masyarakat peduli kelestarian lahan basah

Ketua Solidaritas Perempuan (SP) Kinasih Sana Ullaili mengatakan dalam memilih calon pemimpin, anak muda perlu memastikan sistem yang ada di belakang masing-masing calon, sehingga tidak terjebak hanya pada gimmick dan pada satu sosok tertentu.

Selain itu, dia juga menekankan pentingnya untuk tetap fokus dan konsisten menyuarakan isu-isu lingkungan ini setelah pemilu. "Sama-sama kita kritisi, lihat rekam jejak mereka, dan siapapun yang menang kita harus kawal dengan menjadi warga yang kritis," katanya.

Akademisi Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) Abdul Gaffar Karim mengatakan, pemilu merupakan ajang bagi sekitar 230.000 kandidat dalam memperebutkan 23.000 kursi dan meminta mandat dari rakyat, sehingga yang harus dilakukan setelah terpilih adalah dengan mengawasi mereka.

"Mentalitas kita selama ini sangat buruk karena kita sibuk membela mereka, apapun kritik yang disampaikan itu dibela. Itu salah, mereka yang diberi mandat sudah diberi gaji dan fasilitas, bukan dibela seharusnya tetapi diawasi," katanya.

Menurut dia, 14 Februari 2024 merupakan puncak demokrasi elektoral bangsa Indonesia di tahun ini, namun ada pekerjaan rumah lain yaitu untuk mengawasi kekuasaan siapapun yang memperoleh mandat kekuasaan berdasarkan hasil pemilu.

"Demokrasi bisa tanpa pemilu tapi tidak bisa tanpa pengawasan dari rakyat," kata Gaffar.

Baca juga: Gubernur: Lampung telah terapkan anggaran berbasis ramah lingkungan

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024