Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta industri nasional untuk meningkatkan penelitian dan pengembangan kualitas produk mengingat faktor itulah yang membuat produk-produk Indonesia kalah bersaing dibandingkan dengan produk luar negeri.
Permintaan itu disampaikan Presiden saat membuka Pameran Produksi Indonesia (PPI) di Arena Pekan Raya Jakarta-Kemayoran, Senin. Pameran tersebut akan berlangsung sampai 15 Agustus 2006.
Kepala Negara mengemukakan, ketika mengunjungi sejumlah parbrik agro di Malaysia maupun di negara lain, dapat melihat bahwa sesungguhnya kemampuan dasar industri Indonesia sama dengan negara lain, bahkan Indonesia memiliki sejumlah keunggulan dalam menghasilkan produk.
"Tetapi, kinerja, kualitas dan produktivitas industri kita dengan negara-negara sahabat masih ada perbedaan. Sejauh mana penelitian dan pengembangan dapat dikontribusikan bagi pengembangan industri itu," kata Yudhoyono.
Ia mengingatkan, di pasar global produk manufaktur Indonesia harus bersaing secara langsung dengan luar negeri, dan karena itu Indonesia harus benar-benar mampu meningkatkan daya saing.
Strategi yang tepat bagi pengembangan industri di masa depan, ujarnya, sangat diperlukan mengingat pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan makin cepatnya perubahan fasilitas produksi, singkatnya masa edar suatu produk, dan rendahnya marjin keuntungan.
"Daya saing dapat kita tingkatkan jika produktivitas, efisiensi dan daya inovasi industri terus kita tingkatkan," kata Presiden.
Kepala Negara menyatakan pula, "Saya undang para cendekiawan, teknolog, industriawan, para peneliti, untuk terus mengembangkan kualitas produk dalam negeri kita."
Dalam konteks kebijakan pembangunan industri nasional, kata Presiden, pemerintah akan menempatkan industri agro, alat transportasi dan telematika sebagai industri unggulan masa depan dengan tetap memperkuat basis manufaktur, agro, serta industri kecil menengah yang sudah ada.
Selain itu, Kepala Negara mengemukakan pula, untuk mencapai visi pembangunan industri nasional yang diinginkan, yaitu menjadi negara industri maju di awal abad ke-21, pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai langkah strategis.
Salah satu langkah yang disebutkan Presiden adalah melalui konsep pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung, terkait, jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, maupun lembaga terkait.
"Melalui pendekatan ini, akan diperoleh sinergi kekuatan antara lain melalui peningkatan efisiensi, pengurangan biaya transportasi dan transaksi serta penciptaan motivasi," kata Presiden.
Tentang PPI 2006, Presiden mengharapkan, acara yang diikuti oleh 520 peserta dengan 780 stan itu dapat menjadi jalan bagi kebangkitan kembali sektor industri di Indonesia.
Harapan Kepala Negara itu berdasarkan catatannya bahwa pertumbuhan sektor non-migas tahun 2005 mencapai 5,82 persen dan bahkan pada triwulan pertama tahun 2006 telah mencapai 2,83 persen. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006