Phnom Penh, Kamboja (ANTARA News) - Ribuan pendukung oposisi turun ke jalan di ibu kota Kamboja, Minggu, dan bersumpah akan melakukan aksi selama beberapa hari mendatang dalam upaya baru untuk membatalkan sengketa kemenangan pemilihan umum Perdana Menteri Hun Sen.
Aksi protes itu, yang diserukan oleh Partai Penyelamatan Nasional Kamboja (CNRP), terjadi sehari setelah pertemuan langka antara kepala oposisi Sam Rainsy dan tokoh kuat perdana menteri untuk mematahkan kelumpuhan politik yang mencengkeram kerajaan tersebut, sebagaimana dilaporkan AFP.
Pertemuan yang diselenggarakan oleh Raja Norodom Sihamoni itu membuat kemajuan yang terbatas terhadap upaya untuk mengakhiri kebuntuan sejak pemilihan umum Juli lalu, yang kembali membawa Partai Rakyat Kamboja (CPP) ke kekuasaan meskipun ada tuduhan terjadinya kecurangan .
Tapi hal itu tidak cukup untuk menghentikan rencana protes pada Minggu, para pendukung CNRP yang dipimpin oleh Rainsy melakukan aksi jalan kaki sepuluh kilometer (6 mil ) melalui Phnom Penh dari markas besar partai mereka menuju ke Taman Demokrasi guna menggelar aksi unjuk rasa.
Menurut pengamatan, sekitar 20 ribu orang berkumpul di taman itu yang mayoritas datang dari provinsi, demikian laporan AFP.
Mereka membawa spanduk bertuliskan "suara saya, bangsa saya" dan "di mana suara saya?" --yang merujuk kepada dugaan kecurangan dalam pemilihan umum yang memberi kemenangan Partai CPP sebanyak 68 kursi --sementara Partai CNRP hanya memperoleh 55 kursi.
Banyak pengunjuk rasa membawa tas punggung yang tampaknya sebagai persiapan untuk bertahan beberapa waktu.
"Kami tidak bisa menerima hasil pemilihan umum palsu," kata wakil kepala CNRP Kem Sokha dalam aksi itu.
"Saya tidak akan mengkhianati kehendak pemilih," katanya. Ia menambahkan protes akan berjalan sampai Selasa dan mungkin lebih lama.
Kem Sokha mengatakan anggota parlemen oposisi tidak akan menghadiri pembukaan parlemen pada 23 September.
Polisi anti-huru-hara dan militer dikerahkan di lokasi-lokasi penting di Phnom Penh pada Minggu, namun pasukan keamanan tetap tidak tampil mencolok di lokasi aksi.
Rainsy menggambarkan pertemuan hari Sabtu dengan Hun Sen - di mana pasangan itu saling berjabat tangan untuk kamera televisi - sebagai langkah awal menuju upaya menyelesaikan kebuntuan politik negara itu, tetapi tidak mengakhiri penolakan partainya atas hasil pemilihan umum.
Namun sejauh ini upaya CNRP untuk menentang hasil pemilihan umum telah gagal dan hanya tinggal memiliki beberapa pilihan yang tersisa dalam upaya untuk membatalkan kemenangan Hun Sen.
Hun Sen (61) telah berkuasa selama 28 tahun dan telah bersumpah untuk memerintah sampai ia berusia 74 tahun.
Penerjemah: GNC Aryani
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013