Mosul, Irak (ANTARA News) - Seorang pembom bunuh diri menewaskan 26 orang pada saat pemakaman seorang anggota kelompok minoritas, Sabtu terbaru dalam gelombang pertumpahan darah selama beberapa bulan yang melanda negara itu.

Serangan itu adalah salah satu dari beberapa serangan di Irak utara yang berpenduduk mayoritas warga Sunni, terjadi akibat ketidakstabilan yang meningkat dalam bulan-bulan belakangan ini.

Aksi-aksi protes anti-pemerintah ditambah dengan perang saudara di Suriah yang meluas membuat situasi bertambah tidak stabil yang memberikan peluang kepada kelompok-kelompok garis keras untuk melakukan aksi-aksi mereka.

Pembom itu meledakkan bom yang dibawanya di kota Baashiqah, persis dekat kota utama utara Mosul, menewaskan 26 orang dan mencederai 46 orang, kata Sheeth Abed, seorang dokter di rumah sakit kota itu.

Ia menargetkan serangan itu pada acara pemakaman seorang anggota minoritas Shabak yang meninggal akibat sakit, kata para pejabat.

Minoritas Shabak yang berjumlah 30.000 jiwa terutama tinggal dekat perbatasan Turki.

Mereka berbicara dengan bahasa berbeda dan banyak mengikuti satu kepercayaan campuran Syiah dan kepercayaan lokal, dan sering jadi sasaran serangan kelompok garis keras Sunni yang punya hubungan dengan Al Qaida.

Juga pada Sabtu, dua serangan lain di Provinsi Nineveh, yang beribu kota Mosul, menewaskan seorang polisi dan tiga orang lainnya cedera.

Satu ledakan di Dujail, yang juga terletak di utara Baghdad, menewaskan dua orang lainnya.

Serangan-serangan itu terjadi saat aksi kekerasan meningkat di negara itu yang sejauh ini menewaskan lebih dari 4.000 orang tahun ini dan menimbulkan kekhawatiran Irak bisa kembali psda perang sektarian yang terjadi pada tahun 2006 dan 2007.

Pihak berwenang berusaha mengatasi pertumpahan darah itu, dengan operasi-operasi anti-kelompok garis keras dan memperketat peraturan lalu lintas di ibu kota itu, tetapi Irak tetap menghadapi serangan -serangan mematikan.

Pihak berwenang menegaskan operasi selama berminggu-minggu ditujukan pada kelompok-kelompok garis keras memberikan hasil-hasil, tetapi pemerintah menghadapi kecaman karena tidak berbuat lebih keras untuk meredam kemarahan masyarakat Sunni menyangkut perlakuan buruk pihak pemerintah yang dipimpin Syiah.
(RN)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013