New York (ANTARA News) - Harga minyak ditutup dalam mode bervariasi pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena AS dan Rusia mengadakan pembicaraan penting tentang pembongkaran penyimpanan senjata kimia Suriah.

Kontrak minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, turun 39 sen menjadi ditutup pada 108,21 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Patokan Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, naik tipis 15 sen pada hari terakhir kontrak berjangka Oktober menjadi 112,78 dolar AS per barel di perdagangan London.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan mitranya dari Rusia Sergei Lavrov mengadakan pembicaraan hari kedua di Jenewa untuk menuntaskan rincian rencana Rusia mengamankan senjata kimia Suriah.

Kedua belah pihak mengatakan mereka berharap pembicaraan senjata kimia akan membuka pintu upaya yang lebih luas untuk mengakhiri perang sipil Suriah, yang telah menewaskan lebih dari 110.000 orang sejak Maret 2011.

Kerry mengatakan Washington dan Moskow sedang "bekerja keras untuk menemukan kesamaan pandangan" guna mencapai pembicaraan damai di Jenewa yang mempertemukan rezim Assad dan oposisi.

"Setelah keluar dari pertemuan di Suriah, gagasan itu akan mengambil beberapa waktu, tidak ada risiko serangan yang ditakutkan sekarang," kata John Kilduff dari Again Capital.

Presiden Suriah Bashar al-Assad telah berjanji untuk menyerahkan senjata kimianya, setelah dugaan serangan terhadap warga sipil pada 21 Agustus yang mendorong ancaman serangan militer pimpinan AS.

Timothy Evans dari Citi Energy Futures mengatakan ada kemajuan yang dirasakan setelah Kerry menyatakan diskusi sejauh ini telah konstruktif.

"Fakta bahwa ada juga beberapa kemajuan pembicaraan tentang senjata kimia dapat mendorong kesepakatan damai yang lebih luas juga mengirim pesan bahwa ketegangan geopolitik lebih besar, bahkan di kawasan yang lebih luas kemungkinan berkurang, atau setidaknya

memiliki potensi untuk berkurang," kata Evans.

Meskipun Suriah bukanlah produsen minyak utama, pasar khawatir bahwa intervensi militer pimpinan AS bisa memperluas konflik di kawasan kaya minyak Timur Tengah.

Harga minyak juga didukung oleh laporan gangguan pasokan terbaru di pengekspor minyak mentah Libya setelah perusahaan minyak negara itu, National Oil Corporation, pada Kamis menyatakan "force majeure" pada tiga pelabuhannya.

Ekspor minyak Libya jatuh lebih dari 70 persen pada Agustus setelah para demonstran, termasuk polisi dan penjaga perbatasan, memaksa menutup terminal-terminal karena sengketa pembayaran gaji.

(A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013