Hal itu perlu dilakukan mengingat telah terjadi penyempitan areal tawaf yang semula bisa menampung 42 ribu orang per jam, kini hanya sekitar 22 ribu orang per jam. Tempat tawaf darurat yang disiapkan pun untuk jemaah usia lanjut dan menggunakan kursi roda, kapasitasnya terbatas. Hanya mampu menampung sekitar 15 ribuan. Jika tempat tawaf darurat itu penggunaannya lemah dalam pengawasan, tak mustahil berpotensi menimbulkan masalah ke depannya. Karena itu sesama petugas harus lebih meningkatkan pengawasan dan koordinasi.
Petugas di sektor khusus, yaitu petugas dengan mengambil pos di Hotel Hilton dan Jabal Umar - lokasinya tak jauh di sekiar Masjidil Haram - telah dilipatkan. Yang semula sekitar 40 orang kini menjadi 54 orang, kebanyakan berasal dari tenaga polisi/TNI. Belum lagi tenaga yang direkrut dari tenaga musiman, yang berasal dari mahasiswa di kawasan Timur Tengah.
Kesannya berlebihan, memang. Tapi, untuk urusan ini memang PPIH harus memperhatikan dengan serius mengingat jumlah jemaah Indonesia tergolong paling banyak di antara jemaah dari negara-negara lainnya.
Pada musim haji 1434H/2013M jumlah jemaah haji Indonesia yang akan berangkat sebanyak 168.800 dengan rincian 155.200 orang untuk haji reguler dan haji khusus 13600 orang.
Jumlah sebanyak itu setelah dilakukan pemotongan kuota sebesar 20 persen dari kebijakan Saudi Arabia akibat perluasan kompleks Masjidil Haram. Jumlah yang dipotong sebanyak 42.200 dengan perhitungan berdasarkan basis kuota 211.000 orang. Jumlah potongan itu terdiri atas 38.800 haji reguler, dan 3.400 haji khusus. Sementara pada musim haji kali ini Ditjen PHU menyertakan petugas haji non-kloter sebanyak 800 orang dari berbagai instansi.
Direktur Pembinaan Haji dan Umroh Kementerian Agama , H.Ahmad Kartono menegaskan, kawasan Masjidil Haram dewasa ini terkesan makin "sumpek", sempit dan banyak jalan berkelok-kelok. Jika pada tahun sebelumnya jemaah sehabis thawaf bisa menuju tempat sa`i dengan mudah, dengan berjalan lurus, tetapi sekarang harus berjalan dengan berbelok-belok.
Akibatnya,jika tak diantisipasi akan menyulitkan jemaah.
"Petugas saja yang sudah tahu kawasan itu bingung, apalagi jemaah, yang belum pernah menginjakkan kaki di Masjidil Haram," kata Kartono yang mengaku baru saja pulang dari Saudi Arabia untuk menyelesaikan proses rekrutmen tenaga musiman (temus) yang berasal dari kalangan mahasiswa di Timur Tengah dan sekitarnya.
Terkait dengan hal itu ia pun melayangkan surat kepada Konsulat Jenderal RI (KJRI) di Jeddah, agar segera memproses permohonan kepada pemerintah Arab Saudi untuk pembuatan petunjuk arah di sejumlah kawasan Masjidil Haram dan sekitarnya dengan menggunakan Bahasa Indonesia, mengingat wilayah itu kini semakin sempit sebagai dampak pembongkaran bangunan.
Ekstra hati-hati
Kartono mengatakan, selama musim haji pembongkaran kawasan Masjidil Haram nampaknya akan tetap berjalan. Karena itu diperlukan ekstra hati-hati pada musim haji 2013 ini. Belum lagi suhu mencapai 45 derajat Celcius. Meski ke depan ada kecenderungan turun, tetapi antisipasi harus ditingkatkan dengan cara tetap membawa air kemasan di saku untuk menghindari dehidrasi dan mengonsumsi buah-buahan.
Di sisi lain belakangan ini wabah penyakit virus Corono di Timur Tengah menjadi perhatian tersendiri dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Untuk itu, anjuran mencuci tangan menggunakan sabun setelah beraktivitas, menggunakan masker ketika berada di tempat umum hendaknya dapat diindahkan. Bila terjadi demam, batuk dan kesulitan bernafas segera menghubungi petugas kesehatan.
Dianjurkan jemaah memperbanyak ibadah sesuai dengan kondisi dan situasi, dengan mengutamakan ibadah wajib daripada sunnah. Tidak memaksakan diri untuk beribadah di Masjidil Haram dalam keadaan padat, dan cukup di pemondokan atau lobi hotel.
Ia pun mengimbau agar selalu waspada terhadap orang tak dikenal dan mengaku sebagai petugas haji tanpa identitas yang menawarkan jasa atau bantuan. Kepada petugas, diimbau pula agar tetap dapat melaksanakan tugas dengan akhlak yang baik. Biasakan berjalan dalam kelompok. Hindari berjalan dengan wanita berdua di tempat umum, karena bepotensi menimbulkan fitnah.
Sesditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Cepi supriatna pun mengakui bahwa pihaknya telah menambah tenaga personil TNI/Polri. Kalau pada 2012 lalu sebanyak 42 orang, untuk 2013 ditambah menjadi 54 orang.
"Tenaga pengamanan untuk Petugas Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) pada musim haji 2013 ditambah menjadi 54 orang yang direkrut dari Polri dan TNI," terang Cepi Supriatna.
"Penambahan tersebut lebih disebabkan kawasan Masjidil Haram pada musim haji tahun ini memerlukan perhatian serius, terkait makin sempitnya areal tawaf bagi jamaah haji," tambah Cepi tanpa menyebut rincian penambahan dari setiap kesatuan.
Sebagai antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, maka tenaga PPIH yang ada di sektor khusus Mekkah perlu diperkuat oleh tenaga pengamanan secara khusus pula, "Tenaganya kami ambil dari Polri dan TNI," katanya.
Kebijakan baru
Sementara itu Sesditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Cepi Supriatna mengaku bahwa untuk musim haji dewasa ini, selain memberi perhatian khusus di kawasan Masjidil Haram, pihaknya juga mengeluarkan kebijakan baru. Kebijakan ini penting sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas layanan kepada jemaah.
"Keberpihakan kepada jemaah harus dikedepankan," ia menegaskan.
Apa kebijakan itu, yaitu menyangkut layanan pemulangan jemaah haji. Jika pada tahun-tahun sebelumnya, seusai menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan ibadah di Mekkah ataupun di Madinah, ketika kembali ke tanah air menginap di hotel transit di Jeddah, pada musim haji 2013 ini tidak perlu lagi singgah di hotel.
Jemaah langsung dari Mekkah menuju Bandara King Abdul Aziz, sehingga proses pemulangan lebih cepat.
"Jadi, tidak ada lagi jemaah menginap di hotel transit,"ia menegaskan.
Terkait dengan itu, ia berharap petugas PPIH yang ada di Jeddah dan Mekkah dapat meningkatkan koordinasinya. Jadwal pemulangan harus ketat diawasi. Terlalu cepat memberangkatkan jemaah dari Mekkah ke Jeddah dapat berisiko terjadi penumpukan di Bandara. Terlalu lambat, bisa berakibat proses pemeriksaan dokumen menghambat boarding.
Selain itu, ia pun telah meminta pihak otoritas bus setempat - Nakoba - untuk menggunakan bus dengan standar yang telah ditetapkan. Seperti kelengkapan AC, toilet dan fasilitas pendukung lainnya untuk kenyamanan jemaah. Jika ada bus jelek digunakan untuk mengangkut jemaah haji, ia berharap petugas PPIH melaporkan kepada Kepala Daerah Kerja (daker) terdekat agar pihak pengelola bus ditindak.
Ketentuan penggunaan bus itu berlaku untuk bus jurusan Mekkah - Madinah (PP), Mekkah - Jeddah (PP) dan Jeddah - Madinah (PP). Sementara bus untuk di dalam kota Mekkah dan Arafah, yang mengatur adalah pihak otoritas setempat.
Cepi juga menjelaskan bahwa pemerintah Arab Saudi akhirnya memberikan toleransi bagi penggunaan kendaraan operasional haji dan ambulan sebagai bagian dari kelengkapan pelayanan di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI). Pelarangan mobil dan ambulan yang bertuliskan misi haji meski sudah diberlakukan, ternyata masih ada toleransi.
"Ini bagi kita sesuatu yang menggembirakan," katanya.
Sebab, lanjut dia, itu berarti sebanyak 150 kendaraan operasional haji dibawah koordinasi Konsulat Jenderal RI di Jeddah masih dibenarkan beroperasi dan melintasi ruas jalan raya Mekkah, Madinah, dan Jeddah.
Seperti diketahui, Arab Saudi baru-baru ini mengeluarkan kebijakan bahwa setiap kendaraan misi haji dan ambulan dilarang digunakan. Pelayanan akan diambil alih Arab Saudi dan seluruh kendaraan bernuansa misi dihapus.
"Andai pun larangan itu diberlakukan, dan Indonesia harus menyewa kendaraan dari negara setempat, termasuk tenaga kerjanya harus berasal dari warga lokal, dari sisi anggaran kita sudah siap untuk mengatasinya," jelas Cepi.
(e001/a011)
Pewarta: Edy Supriatna Sjafei
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013