Koba, Babel, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, menyalurkan bantuan sembako Imlek untuk 120 warga keturunan Tionghoa di Desa Benteng, Kecamatan Pangkalanbaru.
"Penyaluran sembako gratis terutama jenis beras ini hanya sebagai tanda saja bahwa kita menghargai dan menghormati kaum minoritas sebagai bagian dari warga Bangka Tengah," kata Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman di Koba, Kamis.
Bupati mengatakan, bantuan bahan pokok tersebut juga sebagai bentuk respons sementara pemerintah dalam menyikapi kondisi ekonomi yang mulai memburuk.
Ekonomi masyarakat mulai memburuk, sejak tata niaga pertambangan bijih timah disidik pihak Kejagung RI dan mengamankan sejumlah barang bukti dan beberapa pengusaha timah.
"Tidak kita pungkiri bahwa masyarakat kita masih sangat tergantung dengan timah, mungkin 60 persen perekonomian warga sangat tergantung dengan produksi timah," ujarnya.
Saat ini kata dia warga mengalami kesulitan dalam menambang dan menjual bijih timah. Bahkan harga bijih timah jatuh pada titik terendah.
"Kita sudah menyikapi persoalan ini dan mencarikan solusinya karena dampaknya sangat terasa, ekonomi masyarakat mulai melemah dan daya beli juga jauh menurun," ujarnya.
Dalam kondisi darurat, Pemkab Bangka Tengah menjamin kondisi ketahanan pangan keluarga dengan menyalurkan bantuan sembako.
"Untuk sementara kita perbanyak penyaluran bantuan sembako untuk menghindari kerawanan pangan di tengah keluarga," ujarnya.
Seorang penambang timah skala rakyat Abduh, mengaku sudah satu bulan ini tanpa memiliki penghasilan untuk menafkahi keluarganya.
"Kondisi saat ini memang menambang bijih timah sangat sulit. Selain cadangan yang jauh berkurang, harga juga jatuh dan bahkan banyak kolektor timah menghentikan sementara pembelian karena kasus tata niaga timah," katanya.
Seorang pelaku UMKM Ega mengaku daya beli masyarakat dalam beberapa minggu ini jauh berkurang dan itu sangat berpengaruh terhadap pendapatan.
"Daya beli sangat melemah, usaha yang saya jalankan mengalami penurunan pendapatan yang sangat drastis. Saya tidak tahu apakah ini ada pengaruhnya dengan lemahnya harga bijih timah," ujarnya.
Baca juga: Vihara tertua di Jakarta masih sepi pengunjung jelang Imlek 2024
Baca juga: Warga Kubu Raya rayakan Imlek tanpa arak-arakan naga dan barongsai
Baca juga: Harapan di Tahun Baru Imlek, Wihara Sumut ingin pemilu damai
Pewarta: Ahmadi
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024