New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah Badan Energi Internasional (IEA) menaikkan proyeksi permintaan global untuk tahun depan.

Berlanjutnya ketidakpastian geopolitik atas solusi diplomatik untuk dugaan penggunaan senjata kimia oleh Suriah terhadap warga sipilnya sendiri, mendukung pasar minyak, kata para analis, lapor AFP.

Kontrak acuan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, bertambah 1,04 dolar AS menjadi ditutup pada 108,60 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX).

Kontrak utama Eropa, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, melonjak 1,13 dolar AS menjadi menetap di 112,63 dolar AS per barel di perdagangan London.

"Pertumbuhan permintaan menambah kecepatannya pada tahun depan setelah bertahan stabil untuk 2013," Badan Energi Internasional mengatakan dalam laporan bulanannya.

"Tingkat pertumbuhan global diperkirakan akan meningkat menjadi 1,1 juta barel per hari (mb/d) pada 2014, karena latar belakang ekonomi makro yang mendasarinya kian mantap," kata IEA.

Badan ini memproyeksikan pertumbuhan permintaan pada tahun ini akan tetap datar di 895.000 barel per hari, mengutip pengiriman minyak yang lebih kuat dari perkiraan pada Juli, yang mengimbangi kekhawatiran tentang dampak pada permintaan dari fluktuasi mata uang di negara-negara berkembang.

"Depresiasi cepat banyak mata uang negara berkembang sejak kuartal pertama 2013, jika berkelanjutan, dapat mempengaruhi permintaan minyak," IEA memperingatkan.

Sementara itu, pasar terus mengawasi potensi serangan militer pimpinan AS di Suriah atas dugaan penggunaan senjata kimia, yang prospeknya tampak berkurang oleh rencana Rusia untuk menahan senjata-senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional.

"Harga minyak telah naik kembali di atas tanda 112 dolar AS per barel ... karena ancaman tindakan militer terhadap Suriah terus mendukung harga," kata pedagang energi Gary Hornby di konsultan Inenco yang berbasis di Inggris.

"Dengan AS dan Rusia terus berbeda atas resolusi konflik Suriah, dan penyerahan senjata kimia masih belum pasti, tetap ada premi risiko besar saat ini."

Analis minyak Fawad Razaqzada di perusahaan perdagangan GFT mengatakan bahwa itu tampak semakin tidak mungkin bahwa AS akan melancarkan serangan militer terhadap Suriah, "mengingat fakta bahwa Suriah telah mengumumkan akan menyerahkan pengawasan atas senjata kimianya."

Namun Presiden Barack Obama telah terus membuka opsi serangan jika inisiatif diplomatik gagal, katanya.

"Ini mungkin membantu mempertahankan tingkat harga, seperti situasi yang sedang berlangsung di Libya. Terlepas dari risiko geopolitik, keadaan pasokan dan permintaan menunjukkan harga minyak yang lebih rendah."



Penerjemah: Apep Suhendar

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013