saat dilakukan terobosan di tiga sektor ini, akan muncul pengusaha-pengusaha baru

Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang ESDM BPP HIPMI Elia Nelson Kumaat menyatakan bahwa pekerjaan rumah yang harus segara diselesaikan oleh pemerintah baru yang nanti terpilih adalah menyusun terobosan di sektor energi terbarukan, pangan, dan kesehatan.

“Hal yang menjadi PR utama pemerintah yang baru adalah penyusunan terobosan di sektor energi terbarukan, pangan, dan kesehatan. Hal ini penting karena pada saat ini Indonesia menghadapi krisis, tiga hal inilah yang akan menjadi kekuatan kita,” ujar Elia Nelson Kumaat di Jakarta, Rabu.

Dari ketiga sektor tersebut, ia menuturkan bahwa energi terbarukan menjadi sektor yang paling disorot karena belum ada komitmen nyata dari negara-negara G20 terkait pengembangan energi terbarukan untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

“Hal Itu berdampak kepada kebijakan dalam negeri Indonesia yang menjadi maju mundur (tidak pasti),” katanya.

Selain sebagai kekuatan untuk mengatasi krisis, Elia menuturkan bahwa terobosan pada ketiga sektor tersebut juga akan berdampak positif terhadap pembukaan lapangan kerja.

“Pada saat dilakukan terobosan di tiga sektor ini, akan muncul pengusaha-pengusaha baru,” ucapnya.

Baca juga: Menteri ESDM sebut target bauran EBT 23 persen di 2025 tetap jalan
Baca juga: Rektor USU paparkan peluang industri EBT bagi lulusan perguruan tinggi


Ia mengatakan bahwa HIPMI secara konsisten mendorong lahirnya pengusaha baru karena idealnya jumlah pelaku wirausaha di suatu negara harus mencapai 8 hingga 10 persen dari total penduduk agar dapat dikategorikan sebagai negara maju.

Menurutnya, kini jumlah pengusaha telah tumbuh, namun masih berkisar di antara 3 hingga 4 persen dari total penduduk, sehingga Indonesia masih perlu mencetak 16,2 juta wirausahawan agar dapat menjadi negara maju.

Elia menuturkan bahwa para pengusaha tersebut selanjutnya akan dapat membantu pemerintah membuka lapangan kerja baru dan menyerap tenaga kerja yang tersedia saat Indonesia mendapatkan bonus demografi.

“Masih ada dana yang cukup besar yang belum tersalurkan. Hal ini bisa diarahkan untuk tiga sektor tersebut dan mendukung lahirnya pelaku wirausaha baru,” katanya.

Baca juga: Kemenperin bina lebih dari 10 ribu Santripreneur sejak 2013
Baca juga: Bapanas mendorong kolaborasi dalam pengembangan pangan fungsional
Baca juga: BRIN: Indonesia perlu perkuat kemandirian pangan berbasis teknologi

Pewarta: Uyu Septiyati Liman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024