Jakarta (ANTARA) - Ahli Gizi Masyarakat Tan Shot Yen mengatakan pemanis buatan yang terkandung dalam sejumlah makanan dan minuman berlabel "no sugar" atau "tanpa gula" justru lebih berbahaya dibanding gula.
"Kalau tulisannya 'no sugar' atau 'zero sugar', bisa manis karena apa? Karena ada pemanis buatan. Ada aspartam, ada xylitol, ada malitol, pakai sorbitol," ujar Tan dalam siaran berjudul “Yang Manis Anaknya, Bukan Makanan dan Minumannya” yang ditayangkan di akun instagram resmi Kementerian Kesehatan di Jakarta, Rabu.
Hal tersebut dia sampaikan sebagai respons atas pertanyaan tentang makanan dan minuman yang dilabeli "no sugar" atau "zero sugar".
Baca juga: Ahli Gizi imbau masyarakat waspadai gula "tersembunyi" pada makanan
Berdasarkan penelitian, kata dia, aspartam dapat meningkatkan risiko kanker. "Jadi, hati-hati banget dengan makanan yang mengandung aspartam," ujarnya.
Selain itu, menurut dia, dalam studi-studi di luar negeri, penggunaan kata "tanpa gula" tersebut dapat menjadi lebih berbahaya, karena ada efek psikologis yang dapat muncul dari penamaan seperti itu.
"Kalau Anda mengkonsumsi gula, Anda bakal mikir kan. 'Aduh, kok kebanyakan ya'. Gitu lho ya. Jadi ada rasa jaga-jaga nih," katanya.
Akan tetapi, ujar dia, ketika mengonsumsi sesuatu yang dilabeli dengan nol gula, orang menjadi merasa aman karena berpikir tidak ada gulanya, sehingga mereka menjadi seenaknya mengonsumsi makanan atau minuman tersebut.
Baca juga: Cara mengurangi konsumsi gula menurut ahli gizi
Dia mengemukakan bahwa rasa manis menjadi semacam reward bagi sebagian orang, karena rasa manis dapat memicu otak untuk menciptakan hormon dopamin dan serotonin. Hormon ini membuat orang ketagihan.
"Apabila anak-anak mengonsumsi gula secara berlebihan akan ada beberapa efek, yang disebut 5K," katanya.
Dia menjelaskan K yang pertama adalah kegemukan. Kegemukan dari konsumsi gula dan kegemukan dari makanan yang terlalu banyak dikonsumsi.
K yang kedua adalah kolesterol, terutama bagi orang dewasa. K yang ketiga adalah kanker.
"Kita sudah tahu bahwa orang-orang yang gemuk, orang-orang yang obesitas itu cenderung mempunyai risiko kanker menjadi lebih besar," ujarnya.
Baca juga: Ahli: beri asupan gula secukupnya pada anak
DIa menambahkan, K yang keempat adalah keropos tulang, seperti yang sering dilihat pada ibu-ibu yang mengeluhkan lututnya sakit, kemudian mengetahui mereka terkena osteopeni atau osteoporosis.
"K yang kelima adalah ketagihan," ujar Tan.
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024