Jakarta (ANTARA News) - Cuaca di Arab Saudi yang bakal dihadapi jemaah haji 1427H/2006, selain dingin, juga sangat kering dengan kadar air 30-40 persen, karena itu calon jamaah haji diharapkan untuk selalu sedia air dan minum 100 cc per jam untuk mencegah dehidrasi. Menurut Mantan Kepala Bidang Sanitasi, Sueveilance dan Perbekalan Haji di Arab Saudi, Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 2005, Muchlis Manguluang, di Jakarta, Minggu, jemaah haji seharusnya selalu minum dan tak terkecoh tenggorokan yang tidak haus karena udara yang dingin. Berbeda dengan Indonesia yang kadar airnya dalam udara mencapai 90 persen sehingga terasa lembab, di Arab Saudi iklim yang sangat kering menghisap air dari tubuh yang jika air dalam tubuh tidak digantikan, jemaah bisa tewas karena kehabisan kadar air (dehidrasi). Disebutkan pula, Saudi memiliki dua musim utama, panas dan dingin, pada musim panas suhu udara bisa mencapai 55 derajat Celcius, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai dua derajat Celcius. Untuk musim dingin yang masih akan dihadapi kali ini, jemaah diminta mempersiapkan kain ihram yang tebal, jaket, hingga krem pelembab, ujarnya. Muchlis juga mengatakan berdasarkan ketentuan Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), untuk 200 ribu pengungsi (perpindahan massal) petugas kesehatan yang dibutuhkan seharusnya mencapai 100 orang, namun pengalaman yang lalu jemaah haji Indonesia hanya akan dilayani petugas kesehatan tidak sampai 80 persennya. Para petugas kesehatan tersebut biasanya terdiri dari dokter spesialis jantung, spesialis paru-paru, spesialis penyakit dalam, spesialis bedah, dan spesialis lainnya di samping dokter gigi, dokter umum untuk unit gawat darurat, ahli kesehatan masyarakat, ahli gizi hingga perawat. Spesialis jantung dan paru-paru sangat dibutuhkan karena penyebab kematian tertinggi para jemaah haji adalah penyakit jantung dan pembuluh darah sebesar 30 persen, dan selanjutnya paru-paru kronis 20 persen. Selain itu, penyakit yang sering diderita jamaah di Arab Saudi adalah saluran pencernaan mencapai 15 persen dan kencing manis lima persen. Muchlis juga mengemukakan jamaah haji Indonesia diminta tetap mempersiapkan obat untuk menjaga dirinya, karena obat-obatan yang tersedia bagi jamaah Indonesia hanya satu kali jumlah jamaah yang ada, karena keterbatasan dana. Padahal menurut Badan kesehatan PBB (WHO), kata Muchlis, persediaan obat-obatan yang harus dipersiapkan adalah tiga kali jumlah massa yang harus dilayani. (*)

Copyright © ANTARA 2006