Black water ini dapat mencemari lingkungan dan berpotensi menyebabkan dampak bagi kesehatan termasuk penyakit infeksi
Jakarta (ANTARA) - Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta menyebut penyediaan tangki septik komunal bisa menjadi solusi untuk mengatasi aktivitas buang air besar sembarangan (BABS) yang masih dilakukan sebagian warga Jakarta, sehingga mencemari air sungai atau kali.
"Selain tangki septik komunal, kita juga menyiapkan MCK (mandi, cuci dan kakus) komunal. MCK selama ini ada, tapi terkadang tidak dikelola dengan baik sehingga menjadi black water (air limbah) lagi," kata Kepala Bidang Pengelolaan Air Limbah Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Nelson saat ditemui di Jakarta, Selasa.
Buang air besar sembarangan merupakan tindakan membuang tinja (black water) langsung menuju saluran air tanpa sistem pengelolaan yang aman. Black water ini dapat mencemari lingkungan dan berpotensi menyebabkan dampak bagi kesehatan termasuk penyakit infeksi.
Nelson menuturkan Dinas SDA DKI Jakarta sudah membangun tangki septik (septic tank) yang sudah memenuhi persyaratan untuk setiap dua hingga tiga rumah tangga di beberapa lokasi.
Namun di lokasi tersebut masih kerap ditemukan perilaku BABS, salah satunya di Pademangan, Jakarta Utara yang dijadikan kawasan contoh.
"Tahun ini mau diduplikasi untuk model tangki septik dan MCK, SPALD-S (Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Setempat). Jadi kalau ada tiga rumah satu tangki septik itu SPALD-S. Itu sama pakai jaringan pipa, karena tiga rumah disatukan mau enggak mau pasang pipa, tangki septik," tutur dia.
Dinas SDA DKI sambung dia, tahun ini berkolaborasi dengan suku dinas di lima wilayah kota administrasi Provinsi DKI Jakarta terkait pembangunan tangki septik di wilayah DKI.
Lebih lanjut, tak hanya tangki septik, Nelson juga mengatakan Dinas SDA DKI berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan DKI untuk memetakan lokasi-lokasi penemuan warga yang masih BABS, serta menggandeng puskesmas setempat guna memberikan pemahaman dampak buruk BABS bagi kesehatan dan lingkungan.
"Sebetulnya kami yang memasang jaringan pipa, atau penyediaan tangki septik itu semuanya sama, bagaimana mengentaskan BABS, atau memperbaiki kondisi sanitasi. Karena sekarang lagi yang diutamakan pengentasan BABS, jadi kami fokus BABS," jelas dia.
Merujuk data Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dalam Laporan Tahunan 2022 Stop BABS di Indonesia, capaian persentase desa atau kelurahan deklarasi stop BABS (SBS) di DKI Jakarta kurang dari 20 persen, sementara capaian persentase rumah tangga yang BABS di jamban sendiri atau bersama di atas 80 persen.
Menurut data tersebut, persentase desa atau kelurahan SBS di ibukota DKI Jakarta ada di urutan dua terbawah setelah Papua (yang juga kurang dari 20 persen)
"Pemerintah sekarang ada perhatiannya ke sini (BABS). Kalau kita bicara 15 tahun lalu, tidak terlalu menjadi satu perhatian besar. Banjir masih mendominasi, irigasi, bendungan, jalan tol, jalan layang," demikian kata Nelson.
Baca juga: Jakbar terkendala lahan untuk buat tangki septik komunal
Baca juga: Wali Kota Jakut operasikan tangki septik komunal di Kelapa Gading
Baca juga: Pemkot Jakbar bangun tangki septik komunal mulai Februari 2023
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024