Semarang (ANTARA News) - Anggota Komisi III DPR RI Eva Kusuma Sundari berpendapat terulangnya lagi kasus penembakan terhadap polisi menunjukkan ancaman terorisme di Jakarta masih nyata.
"Sungguh menyesakkan dada, melihat para kopral bergelimpangan jadi sasaran tembak jaringan teroris yang beroperasi seperti rantai terputus. Ini menegaskan bahwa ancaman terorisme masih nyata," katanya kepada Antara, Rabu pagi, menanggapi kasus penembakan Bripka Sukardi..
Wakil Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPR RI itu mengaitkan penembakan Bripka Sukardi dengan penemuan 51 peluru tanpa pemilik di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (23/8).
"Patut dikaitkan dengan modus baru operasi jaringan teroris saat ini," katanya seraya berharap ada strategi baru untuk menghadapi modus baru ini.
"Saya berharap kerja intelijen antarinstansi keamanan, baik Badan Intelijen Strategis (Bais), Badan Intelijen Negara (BIN), maupun Densus 88 Antiteror Mabes Polri, diintensifkan untuk mempersempit ruang gerak teroris sehingga menjadi pencegahan yang efektif," ucapnya.
Eva juga memandang perlu isolasi ketat para narapidana "ideolog" yang saat ini menjadi penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan sehingga bisa memutus rantai komando para pengikut mereka di luar lapas/rutan.
"Tidak mungkin operator/eksekutor bertindak tanpa komando dari para ideolog," katanya.
Bripka Sukardi tewas ditembak orang tidak dikenal di depan Gedung KPK, Jakarta Selatan, Selasa malam lalu.
Sebelumnya, dua anggota Polsek Pondok Aren tewas tertembak oleh orang tidak dikenal di Jalan Graha Raya, Pondok Aren, Tangerang, Jumat pukul 21.30 WIB.
Pewarta: D.Dj. Kliwantoro
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013