Selama penanganan konflik itu ada puluhan laporan dari warga terkait kemunculan satwa tersebut.
Lubuk Sikaping,- (ANTARA) -
Petugas BKSDA setempat, Ocip Maha Putra, yang pertama sampai di lokasi kandang yang berada di tanjakan dengan ketinggian sekitar 200 meter. Ia terkesiap ketika melihat pintu kandang sudah tertutup.
Ocip penasaran, lalu mendekati kandang jebak yang terbuat dari besi dengan panjang 200 sentimeter dan lebar 100 cm.
Melihat si "raja rimba" sudah berada di dalam kandang, perasaan Ocip bercampur antara lega namun juga terkejut. Sejurus, Ocip langsung menyampaikan kepada petugas lainnya bahwa harimau sumatra atau Panthera tigris sumatrae sudah terjebak dalam kandang.
Mendapat informasi tersebut, para petugas BKSDA Sumbar langsung mendekati kandang jebak untuk memastikannya.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar Antoni Vevri didampingi Kepala Resor Konservasi Wilayah I Panti BKSDA Sumbar Ade Putra mengatakan berdasarkan hasil kamera pantau, harimau sumatra masuk kandang jebak sekitar pukul 05.43 WIB.
Pintu kandang jebak diberi satu batang kayu oleh petugas agar kandang tidak terbuka. Ada risiko serius jika satwa itu lepas bisa menyerang warga yang berdatangan ke lokasi untuk melihat hewan buas secara dekat.
Harimau sumatra hasil jebakan yang sebelumnya sering muncul di Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman, itu langsung dievakuasi oleh tim BKSDA Sumbar bersama anggota Polri, TNI, dan masyarakat setempat.
Evakuasi binatang buas itu berlangsung selama 2 jam, mulai pukul 14.00 sampai 16.00 WIB, kemudian dibawa menuju ke mobil minibus.
Usai kandang jebak beserta isinya dimasukkan ke dalam mobil, ternyata masih ada kesulitan. Mobil ini tidak mudah melewati jalan yang baru dibuka oleh pemilik lahan.
Namun, kesulitan itu bisa diatasi. Satwa yang dilindungi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistimnya langsung dibawa ke Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK) Kota Bukittinggi, itu dievakuasi dengan diikawal anggota Polri.
Di TMSBK Kota Bukittinggi, harimau ini bakal menjalani observasi dan pemeriksaan medis untuk mengetahui kesehatan satwa tersebut. Apabila dinyatakan sehat, tidak menutup kemungkinan harimau dilepasliarkan ke habitatnya
Dokter Hewan Dinas Pertanian Pasaman Afdalu Zikri mengatakan harimau sumatra itu berkelamin betina dan berusia dewasa sekitar 3-5 tahun.
Berdasarkan observasi sementara dari penampakan fisiknya, harimau dalam kondisi sehat. Pada bagian luar tubuh juga tidak ditemukan tanda-tanda luka.
Konflik panjang
Kepala Seksi Konservasi Wilayah I BKSDA Sumbar Antoni Vevri menyatakan konflik harimau sumatra di Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, dengan penduduk sudah terjadi sejak Juni 2023 sampai akhir Januari 2024
Konflik tersebut telah menimbulkan kerugian penduduk. Sebanyak lima sapi lima dan 10 kambing diduga kuat diserang harimau tersebut.
Upaya penanganan telah dilakukan maksimal sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang ditetapkan. Penghalauan dan patroli penjagaan sebagai upaya mitigasi kejadian konflik sudah sering di lakukan pada rentang 6 bulan tersebut.
Namun harimau sumatra tersebut masih berkeliaran di sekitar permukiman masyarakat. Kemudian juga dilakukan upaya penanganan intensif sejak 2 Januari 2024, usai mendapatkan laporan bahwa sapi milik warga dimangsa harimau sumatra.
Harimau muncul di beberapa titik dalam nagari atau desa di lingkup Kecamatan Tigo Nagari. Tim melakukan penanganan berupa verifikasi, patroli, hingga penggiringan dengan kamera penjebak maupun drone thermal.
Selain itu, juga melakukan pendampingan terhadap warga untuk memberikan rasa aman. Tim memutuskan untuk memasang tiga kandang jebak guna evakuasi satwa liar itu.
Penanganan itu dilakukan selama 24 jam dengan melakukan isolasi pergerakan satwa pada satu titik di Nagari Binjai semenjak 31 Januari 2024.
Satwa harimau sempat masuk ke kandang jebak, namun lepas kembali pada 2 Februari 2024.
Akhirnya, pada Minggu (4/2) sekitar pukul 05.43 WIB, harimau sumatera berjenis kelamin betina dengan panjang sekitar 160 sentimeter dan berat sekitar 70 kilogram masuk ke kandang jebak.
Konflik harimau sumatra hampir terjadi di seluruh nagari di Nagari Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman.
Selama penanganan konflik sejak awal 2024, kemunculan satwa itu sering berpindah-pindah dari satu jorong ke jorong (dusun) lain.
Kepala Resor Konservasi Wilayah I Panti BKSDA Sumbar Ade Putra mengakui satwa buas itu sering berpindah-pindah dari Jambak, Bangih, Tarantang Tunggang, Ladang Panjang, dan daerah lainnya.
Kesimpulan itu berdasarkan laporan jejak kaki satwa dari warga setempat. Bahkan temuan jejak kaki yang ditemukan oleh petugas BKSDA Sumbar.
Dengan kondisi itu, harimau sumatra seperti mengajak "kucing-kucingan" dengan petugas BKSDA Sumbar.
Selama penanganan konflik itu ada puluhan laporan dari warga terkait kemunculan satwa tersebut.
Untuk memastikan keberadaan satwa itu, petugas BKSDA Sumbar melakukan verifikasi dan identifikasi lapangan melalui jejak, cakaran, dan kotoran satwa itu.
Bahkan petugas BKSDA Sumbar langsung melakukan wawancara dengan warga yang mengaku menemukan satwa dan memantau keberadaan satwa menggunakan dengan drone thermal.
Dari identifikasi, verifikasi lapangan, hasil wawancara, dan hasil pemantauan drone thermal, kala itu keberadaan satwa tersebut belum bisa dipastikan.
Camat Tigo Nagari, Gustian, meminta wali nagari, jorong, dan perangkat untuk meluruskan informasi yang beredar kepada masyarakat, agar tidak percaya begitu saja dengan informasi yang beredar di media sosial karena tidak didukung bukti.
Ia dan forkopimca, saat ada pertemuan dengan warga, minta penduduk tidak mengunggah di media sosial informasi yang belum pasti atas kemunculan harimau sumatra.
Oleh karena itu, pemerintah kecamatan setempat mengadakan pertemuan bersama wali nagari, tokoh adat, dan masyarakat untuk menyadarkan masyarakat terkait konflik dengan satwa di Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman, dengan menghadirkan narasumber dari BKSDA Sumbar pada Kamis (11/1).
Selama ini BKSDA Sumbar intens merespons laporan masyarakat terkait kemunculan harimau sumatra sehingga masyarakat tidak perlu resah.
Informasi penanganan konflik tersebut setiap hari dilaporkan ke Bupati Pasaman dan minta masyarakat tenang namun tetap waspada.
Ia mengapresiasi kepada petugas BKSDA Sumbar yang berhasil mengevakuasi harimau sumatra yang sering muncul ke permukiman warga.
Tertangkapnya harimau sumatra tersebut membuat lega penduduk sehingga mereka kini bisa beraktivitas kembali.
Kini, juga tak ada lagi kekhawatiran ternak warga dimangsa harimau.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024