Medan (ANTARA News) - Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia yang meraih perunggu Olimpiade 2008, Maria Kristin Yulianti, mengaku menikmati peran barunya sebagai asisten pelatih di PB Djarum.
"Sejak Oktober 2012 lalu saya sudah memutuskan untuk berhenti bermain bulutangkis, dan sekarang saya menjadi asisten pelatih tunggal pemula dan remaja putri di PB Djarum," katanya di Medan, Selasa, disela kejuaraan Djarum Sirkuit Nasional (Djarum Sirnas) Li Ning Sumatera Utara Open 2013.
Maria memutuskan untuk gantung raket setelah cedera lutut kanan yang ia derita sejak 2004 tidak kunjung pulih dan masih sering kambuh.
"Sekarang saya fokus untuk menjadi asisten pelatih, dan masih terus belajar bagaimana menjadi seorang pelatih. Seperti menyusun program dan lain sebagainya," kata putri sulung tiga bersaudara pasangan Yuli Purnomo/Herbanti.
Ia mengaku menjadi pelatih lebih sulit dibanding menjadi pemain, karena harus memeras otak dan tenaga tentang bagaimana agar anak didiknya dapat semakin handal.
"Kalau ditanya lebih capek mana atlet sama pelatih, tentu jadi pelatih, kalau saat menjadi atlet kita hanya berlatih dan bertanding, terus bisa istirahat, kalau jadi pelatih tentu lebih melelahkan," katanya.
Suka duka menjadi pelatih sudah ia rasakan hampir satu tahun. Kuncinya, Maria mengaku harus lebih banyak mempelajari karakter anak didiknya, terlebih lagi anak-anak yang masih berada di bawah usia 15 tahun.
"Ada yang gampang untuk diberi tahu, tapi setiap atlet kan memang memiliki sifat masing-masing, dan itu saya masih harus banyak belajar. Kalau ditanya senangnya ya pasti senang saat anak didik kita juara, dulu pengennya juara ya sekarang pengennya anak didik kita yang juara," katanya.
Pewarta: Juraidi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013