Saya ingin mengingatkan pada forum kita bahwa sasaran yang kita hendak wujudkan dari sekarang hingga bulan-bulan mendatang adalah stabilitas harga,"

Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa stabilitas harga adalah sasaran yang ingin dicapai pemerintah hingga beberapa bulan mendatang untuk menjaga perekonomian nasional di tengah krisis perekonomian global yang terjadi beberapa waktu terakhir.

"Saya ingin mengingatkan pada forum kita bahwa sasaran yang kita hendak wujudkan dari sekarang hingga bulan-bulan mendatang adalah stabilitas harga. Berarti ... mengelola inflasi secara positif dan bahkan harapan saya adalah perbaikan harga pada komoditas tertentu," kata Presiden Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, saat membuka sidang terbatas bidang perekonomian.

Untuk stabilitas harga, terutama harga pangan, Presiden mengingatkan perlunya memperhatikan hukum permintaan dan pasokan. Kepala Negara merujuk pada tidak stabilnya harga sejumlah komoditi pangan beberapa waktu terakhir.

Selain stabilitas harga, kata Presiden, pemerintah juga berupaya untuk mencegah terjadinya pemutusan hubungan kerja. "Terus lakukan komunikasi dengan dunia usaha, persiapkan perangkat kebijakan fiskal untuk mencegah PHK," kata Presiden di depan para menteri ekonomi.

Presiden juga meminta para menteri ekonomi tetap konsisten menjalankan paket ekonomi yang telah ditetapkan pemerintah untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia di tengah krisis ekonomi global, terutama terkait rencana investasi mengingat itu adalah peluang.

Ia menilai jika penyebab terhambatnya rencana investasi karena belum sinkronnya kebijakan sejumlah kementerian terkait maka para menteri yang bersangkutan hendaknya segera menyelesaikan. Kepala Negara bahkan secara khusus meminta para menteri untuk tidak pulang ke rumah sebelum pekerjaan selesai.

Sebelumnya seusai menghadiri Pertemuan Puncak G20 di Rusia, Presiden Yudhoyono mengatakan walaupun kebijakan ekonomi nasional merupakan hak dan kewenangan masing-masing negara namun perlu dilakukan kerja sama antarnegara dalam bentuk komunikasi rencana kebijakan dan implementasi program.

Presiden merujuk pada `qualitative easy` (rencana kebijakan bank sentral AS-red) yang membuat sejumlah negara mengalami tekanan di pasar saham dan pasar mata uang, salah satunya adalah Indonesia yang dalam beberapa waktu terakhir nilai tukar rupiah terhadap dolar turun hingga ke kisaran Rp11 ribu.

Dalam catatan Presiden, ada sejumlah negara yang mengalami koreksi angka pertumbuhan ekonomi dan juga depresiasi nilai tukar mata uang terhadap dolar menyusul pengumuman rencana kebijakan moneter Amerika Serikat serta krisis yang berlangsung di sejumlah negara.

Dipaparkannya, yang menjadi kepedulian G20 saat ini adalah pertumbuhan, juga upaya yang berkaitan dengan investasi, peluang lapangan kerja dan stabilitas nilai tukar dan aspek lainnya.

Data yang dimiliki Presiden dari Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi secara global tercatat 1,2 persen. Sementara di tingkat negara, Amerika dan Jepang sedikit lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan global, sementara Rusia diperkirakan tumbuh 3,3 persen pada 2013, China diperkirakan 7,7 persen dan India sekitar 5,6 persen, Brasil 2,5 persen serta Afrika Selatan 2 persen hingga 2,5 persen.

"Artinya emerging market juga tertekan, kita suda koreksi ke bawah, perkiraan di sekitar 5,9 persen. Lembaga ekonomi dunia memberi angka 5,8 persen. Andai kita bertahan di angka itu masih melegakan, nomor dua setelah Tiongkok. Artinya semua negara emerging drop ikut melemah tapi insya Allah di angka yang lebih baik," kata Presiden.

Sementara mengenai nilai tukar mata uang sejumlah negara terhadap dolar AS juga mengalami depresiasi. Rupiah tertekan sepanjang Januari hingga Agustus sebesar -7,79 persen terdepresiasi. Sedangkan Rusia depresiasinya mencapai -12 persen, Afrika Selatan -17 persen, Brasil 15,41 persen, India -24 persen, Turki 8,1 persen.
(G003/Z003)

Pewarta: GNC Aryani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013