Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Kerja Strategis (TKS) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Bahlil Lahadalia, menilai ada skenario dibalik kritikan sejumlah civitas academica.

“Skenario ini, kita sudah paham sebagai mantan aktivis. Ini ‘penciuman’ saya sebagai mantan Ketua BEM ngerti betul barang ini. Kecuali kita (saya) dulu kutu buku, kita (kan) besar di jalan,” kata Bahlil di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin, setelah bertemu Presiden dalam kapasitasnya sebagai Menteri Investasi.

Pernyataan Bahlil itu menanggapi pertanyaan wartawan soal maraknya petisi dari sejumlah civitas academica yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Dia tidak menjelaskan skenario apa yang dimaksud. Namun ia menekankan setiap persepsi atau komentar harus sesuai fakta dan bukti, serta memiliki landasan hukum.

Pemerintah, kata dia, menghargai pendapat setiap orang, termasuk para civitas academica.

“Tapi saya juga ingin menyampaikan bahwa kampus itu harus dijaga marwahnya. Coba lihat beberapa foto, katanya independen kok ada yang angkat jari nomor tertentu. Kok ada ketua partai di situ, yang benar saja,” kata dia.

Menurut Bahlil, Presiden Joko Widodo tetap santai dalam menyikapi kritikan dan petisi sejumlah civitas kampus.

“Saya mantan aktivis 98, yang turun demo ya kita-kita (saya dan teman-teman) ini, gerakan ini (civitas academica) saya kira gerakan yang ya gitu deh, kayak apa ya. Kita harus bilang rakyat dan mahasiswa bukan pihak yang bisa diatur-atur,” ujarnya.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Edy M Yakub
Copyright © ANTARA 2024