Baghdad (ANTARA News) - Sebuah kelompok yang terkait dengan Al Qaida hari Minggu mengaku bertanggung jawab atas selusin serangan bom mobil di daerah-daerah Syiah di Baghdad yang menewaskan 50 orang pekan lalu.

Serangan-serangan tersebut merupakan pembalasan atas "operasi militer dan polisi dengan sasaran daerah Sunni", kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang dipasang di situs garis keras, lapor AFP.

Militan Sunni yang terkait dengan kelompok itu sering menyerang anggota-anggota masyarakat mayoritas Syiah, yang pahamnya mereka anggap menyimpang dari Islam.

Serangan-serangan bom pekan lalu, yang diklaim oleh Al Qaida di Irak dan Levant, juga mencederai lebih dari 100 orang di ibu kota Irak tersebut, kata sejumlah pejabat keamanan dan medis.

Serangan-serangan di Irak meningkat tahun ini, khususnya sejak operasi keamanan 23 April di sebuah lokasi protes Arab Sunni anti-pemerintah yang menyulut bentrokan-bentrokan yang menewaskan puluhan orang.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak melampaui 3.900 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013