Lampung Barat (ANTARA News) - Sedikitnya dua kuntum bunga "raksasa" Rafflesia (Bunga Padma) di hutan Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Provinsi Lampung kini dalam keadaan siap merekah.
Wartawan ANTARA News di Bandar Lampung, yang melihat langsung ke lokasi, Jumat siang melaporkan bahwa dua kuncup bunga itu telah mencapai sebesar bola tenis. Diperkirakan dalam waktu sekitar satu bulan lagi, kedua kuncup bunga Rafflesia itu akan mekar dan mencapai ukuran maksimalnya
Bunga tersebut berada di antara semak dan pepohonan hutan yang di sisi kiri dan kanannya dipenuhi dedaunan dan humus serta genangan air bening.
Lokasi kelompok bunga yang sedang tumbuh membesar itu nyaris tanpa batas pelindung atau penghalang apapun.
Hampir setiap tahun, antara Juli hingga September, bunga yang termasuk langka dan diketahui habitatnya terbatas di hutan Lampung dan Bengkulu itu selalu mekar.
Namum mekar tidaknya hingga ukuran maksimal, menurut para ahli, akan bergantung pada kondisi tanaman dan habitat alaminya yang mendukung.
Beberapa tempat di hutan TNBBS dikenal menjadi habitat Rafflesia yang kerapkali mekar dan selalu akan menarik perhatian warga masyarakat, para turis, peneliti, dan wartawan untuk melihatnya secara langsung.
Apalagi lokasinya hanya beberapa puluh meter dari bekas pos pengamatan Rhino Protection Unit (RPU) di hutan TNBBS, cuma beberapa ratus meter dari tugu batas wilayah administratif Kabupaten Tanggamus dengan Lampung Barat.
TNBBS seluas 358.800 ha yang berada di wilayah Lampung dan Bengkulu merupakan habitat alami sejumlah flora dan fauna yang tergolong khas setempat (endemik), maupun termasuk spesies langka dan dilindungi di dunia.
Di hutan itu terdapat 514 jenis pohon, 126 jenis anggrek, 26 jenis rotan dan 15 jenis bambu.
TNBBS juga menjadi habitat alami Rafflesia dan bunga bangkai
(Amorphopallus sp) yang merupakan dua spesies bunga dengan ukuran
"raksasa" yang bisa hidup di hutan di dunia ini.
Satwa langka dilindungi di TNBBS, diantaranya gajah Sumatera,
tapir, harimau Sumatera, dan Badak Sumatera.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006