Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan kondisi Rumah Sakit Eropa di Gaza selatan yang dinilainya kurang manusiawi bagi pasien dapat meningkatkan risiko merebaknya wabah penyakit.
Melalui media sosial X, Ghebreyesus mengungkapkan sedikitnya 22.000 orang ditampung di rumah sakit tersebut menyusul pertempuran di Khan Younis di bagian selatan Gaza.
Sedangkan, menurut Ghebreyesus, rumah sakit tersebut memiliki kapasitas hanya 670 tempat tidur tapi kini terpaksa merawat 800 pasien, padahal sejumlah layanan seperti unit gawat darurat, perawatan intensif, bedah dan perawatan luka, ibu dan anak, serta laboratorium dan radiologi berfungsi secara terbatas.
Akses menuju rumah sakit itu juga terputus imbas gempuran tentara Israel di wilayah tersebut.
Baca juga: Aktivis sayap kanan Israel hadang truk kemanusiaan masuk ke Gaza
"Tim WHO dan mitra kemarin menyaksikan kepadatan yang ekstrem di dalam fasilitas tersebut -- kondisi yang sangat tidak manusiawi untuk pasien, para pekerja kesehatan dan mereka yang tidak memiliki tempat aman untuk berlindung," tulis Ghebreyesus dalam X pada Jumat.
Ghebreyesus mengatakan keterbatasan akses pasokan air bersih dan sanitasi dapat meningkatkan risiko merebaknya penyakit.
Dalam kunjungannya, rombongan WHO menyerahkan pasokan medis untuk 9.000 pasien di Rumah Sakit Eropa.
"Kami terus mendorong gencatan senjata. Saat ini juga," kata Ghebreyesus.
Menurut otoritas kesehatan Palestina, sedikitnya 27.000 warga Palestina terbunuh yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 66.000 lainnya terluka akibat serangan militer mematikan Israel di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023 yang menurut negara zionis itu menewaskan 1.200 warganya.
Baca juga: PBB: Sedikitnya 17.000 anak hidup tanpa pendamping di Gaza
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2024