Zardari, wakil ketua Partai Rakyat Pakistan (PPP), yang mengakhiri jabatan presiden pada Minggu dan akan diganti pada hari berikutnya oleh Mamnoon Hussain, seorang pengusaha dan sekutu dekat Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Kiri-tengah PPP menjalankan kampanye pemilihan umum tanpa kemudi pada awal tahun ini dan dikalahkan oleh Liga Muslim Pakistan-N Sharif.
"Saya tidak akan mencoba untuk menjadi perdana menteri Pakistan," kata Zardari, yang menentang harapan-harapan untuk memegang kekuasaan lima tahun, mengatakan dalam petikan wawancara yang ditampilkan pada Geo TV.
"Dalam pandangan saya, menjalankan partai lebih penting daripada menjadi perdana menteri," tambahnya.
Zardari, seorang tokoh kontroversial yang pernah dihukum 11 tahun
penjara atas tuduhan korupsi, mengatakan bahwa sebagai presiden adalah jabatan tertinggi di Pakistan, karena itu tidak akan tepat baginya untuk menjadi perdana menteri.
Duda mantan perdana menteri Benazir Bhutto itu meninggalkan kantor pada saat negara dicengkeram oleh krisis energi, ekonomi yang lesu dan pemberontakan Taliban.
Dia diharapkan akan membagi waktunya antara Pakistan dan Dubai pada saat ia mendapat tawaran untuk menghidupkan kembali keberuntungan PPP, bersama dengan putranya Bilawal, yang akan berusia 25 tahun bulan ini, yang berarti dia bisa mencalonkan diri di parlemen.
Juru bicara Zardari, Farhatullah Babar, mengatakan kepada AFP bahwa presiden akan pindah ke Lahore "untuk memulai bab lain dalam perjuangan politik" dengan para pengulas sarankan ia akan mencoba untuk menghidupkan kembali partai yang didominasi oleh keluarga Bhutto-Zardari.
Banyak pengamat melihat Bilawal sebagai pewaris yang enggan untuk mewarisi almarhumah ibunya Benasir Bhutto.
Rendah persona Hussain dan kurangnya basis kekuatan pribadi menempatkan dia sangat berbeda dengan Zardari.
(H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013