Vilnius (ANTARA News) - Negara-negara Uni Eropa (EU) Sabtu menyerukan tanggapan "keras" terhadap Suriah tetapi tidak mendukung aksi militer,sementara Presiden Amerika Serikat Barack Obama memperingatkan bahaya "mengabaikan" serangan-serangan senjata kimia.
Baru saja pulang dari KTT G-20 di Saint Petersburg, Rusia di mana ia gagal meraih dukungan dari para pemimpin dunia mengenai rencananya, Obama mendesak Kongres mengizinkan satu intervensi internsional atas apa yang dituduhkannya bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad mengguakan senjata-senjata kimia.
"Kita tidak dapat mengabaikan terhadap apa yang terjadi di Suriah," kata Obama dalam pidato mingguannya.
Kongres bersidang Senin dan Obama akan menyampaikan pidato nasionalnya pada Selasa mengenai kemungkinan tanggapan AS terhadap serangan 21 Agustus yang menewaskan ratusan orang di pinggiran kota Damaskus akibat serangan senjata kimia.
Washington mengusahakan dukungan dari sekutu-sekutunya yang terpecah belah di Eropa, dengan Menteri Luar Negeri John Kerry melakukan perundingan dengan 28 menteri luar negeri EU di ibu kota Lithuania, Vilnius sebelum bertolak menuju Prancis setelah mengunjungi Inggris.
Perpecahan antara Paris dan London, yang pendukung kuat aksi militer pimpinan AS, dan negara-negara lebih kecil enggan bertindak tanpa satu mandat PBB dan khawatir akan akibat-akibat satu serangan itu kemudian, para menlu EU berhasil menyusun satu kompromi di Vilnius.
Satu pernyataan yang dibacakan oleh kepala kebijakan luar negeri EU Catherine Ashton menyatakan dugaan serangan senjata kimia bulan lalu "satu kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan".
Ada "bukti kuat bahwa pemerintah Suriah memikul tanggung jawab," kata Pernyataan itu mengulangi kembali pernyataan sebelumnya yang dibuat Washington, London dan Paris, tetap ditolak keras sekutu Suriah, Moskow.
"Masyarakat internasional tidak dapat berdiam diri," kata pernyataan itu. "Satu tanggapan tegas dan kuat penting untuk membuat jelas kejahatan-kejahatan seperti tidak dapat diterima dan tidak dapat lolos dari hukuman."
Di Riyadh, Dewan Kerja Sama Teluk mendesak masyarakat internasional segera melakukan intervensi untuk "menyelamatkan" rakyat Suriah dari "penindasan."
Sementara itu, umat Katolik di seluruh dunia melakukan puasa sehari dan berdoa bagi perdamaian di Suriah bersama warga Yahudi, Muslim dan Kristen Ortodoks, dengan Paus Fransiskus menjadi tuan rumah satu missa.
Vatikan memperingatkan serangan-serangan militer dapat meningkatkan konflik dan bisa meluas di kawasan itu.
"Perdamaian adalah satu yang baik yang dapat mengatasi setiap hambatan, karena itu milik semua masyarakat berdoalah bagi perdamaian," kata Paus Fransisko yang ditutlis di satu "tweet" , dengan mengatakan "tidak akan pernah lagi perang! Perang tidak akan pernah lagi!", demikian AFP.
(H-RN/H-AK)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013